Para pejabat senior pertahanan dari Korea Selatan, Amerika Serikat (AS), dan Jepang berulang kali mengutuk peluncuran nuklir dan rudal ilegal Korea Utara, dan berkomitmen untuk mengaktifkan mekanisme pembagian data peluncuran rudal Korea Utara secara sistematis.
Para Menteri Luar Negeri G7 pun mengecam Korea Utara yang baru-baru ini menembakkan rudal balistik antarbenua (ICBM) serta memperingatkan bahwa senjata nuklir rezim tersebut tidak boleh ditransfer ke negara lain.
Dalam konferensi yang digelar secara virtual pada hari Selasa malam (19/12), ketiga pejabat tinggi pertahanan menilai bahwa ketiga negara telah melakukan koordinasi yang erat saat Korea Utara meluncurkan rudal tersebut, mulai dari deteksi cepat hingga pembagian informasi terkait.
Para kepala pertahanan juga sepakat untuk secara efektif menggunakan sistem berbagi trilateral secara real-time mengenai data peringatan rudal Korea Utara, yang secara resmi diaktifkan pada hari Selasa, termasuk secara sistematis menerapkan rencana latihan gabungan trilateral ke depan.
Gedung Putih AS kembali mengungkapkan komitmen AS untuk memperkuat kerja sama dengan Korea Selatan dan Jepang dalam menanggapi provokasi Korea Utara, dengan mengatakan bahwa pihaknya telah mengerahkan kekuatan militer tambahan, termasuk kemampuan pengumpulan intelijen ke wilayah tersebut. Dimana AS pun menegaskan bahwa upaya serupa tidak akan berubah.
Di sisi lain, para Menteri Luar Negeri G7 mengeluarkan sebuah pernyataan setelah peluncuran rudal balistik dari Pyongyang. Negara-negara kuat dunia tersebut menyampaikan dukungan mereka demi terciptanya denuklirisasi di Semenanjung Korea dan menyerukan agar Korea Utara harus membuang semua senjata nuklir, senjata pemusnah massal, dan rudal balistiknya dengan metode yang lengkap dan dapat diverifikasi.
Para menteri juga mengatakan bahwa tindakan gegabah Korea Utara yang berulang kali harus ditanggapi dengan respons internasional yang cepat, khususnya oleh Dewan Keamanan PBB.