Bank Sentral Korea (BOK) menilai bahwa indikasi melambatnya inflasi, tidak berarti bahwa Korea Selatan telah memasuki tahap stabilitas harga barang.
Melihat laporan yang dirilis oleh departemen kebijakan moneter BOK pada hari Senin (29/01), tinjauan terhadap ekspektasi inflasi harus mempertimbangkan berbagai faktor yang secara terus-menerus berpengaruh dalam penyesuaian harga serta kemungkinan guncangan biaya tambahan.
Selanjutnya BOK menuturkan, bahwa dengan berakhirnya kebijakan pemerintah seperti pemotongan pajak bahan bakar atau penangguhan kenaikan biaya utilitas publik termasuk tarif listrik, bisa kembali mencuatkan ekspektasi inflasi.
Mengutip kegagalan dalam stabilisasi inflasi di masa lalu, BOK mengatakan sebagian besar disebabkan oleh kurangnya perhatian terhadap 'risiko jarak jauh (last mile risk)', karena salah menganggap efek dasar guncangan pasca-inflasi sebagai awal dari stabilitas.
BOK juga menyebut, bahwa keberhasilan di masa lalu dinyatakan didorong oleh pengetatan moneter yang secara konsisten diberlakukan selama jangka waktu yang cukup lama, seiring dengan upaya kebijakan menuju stabilitas makroekonomi.
Ditekankan pula, perlunya untuk terus melakukan upaya analisis dan penilaian komprehensif kemajuan tren berbagai indikator, agar tidak terlalu mementingkan tanda-tanda positif sementara dari hanya beberapa indikator harga.