Terdapat sebuah analisis terbaru yang menunjukkan bahwa pada tahun 2030 mendatang, tingkat pendaftaran pria dari keluarga multikultural dalam kewajiban dinas militer Korea Selatan diperkirakan akan berada di kisaran 5%.
Sebuah laporan yang dirilis oleh seorang peneliti Institut Korea untuk Analisis Pertahanan (KIDA), Hong Sook-ja memperkirakan bahwa, jumlah tentara Korea Selatan dari keluarga multikultural telah melampaui 1.000 orang di tahun 2018, dari yang sebelumnya berjumlah hanya 51 orang pada tahun 2010. Bahkan jumlah tentara itu diperkirakan akan menyentuh angka 10.000 orang pada tahun 2030 mendatang.
Setelah merevisi UU tentang Dinas Militer Korea Selatan tahun 2009, semua pria yang memiliki kewarganegaraan Korea Selatan diminta untuk melakukan wajib militer, terlepas dari ras dan warna kulit. Sehingga pria dari keluarga multikultural pun harus ikut menjalani wajib militer Korea Selatan.
Dalam laporan tersebut, peneliti Hong mengimbau perlu adanya upaya pemerintah untuk menciptakan lingkungan, dimana tentara dari keluarga multikultural itu dapat menjalani wajib militer dengan nyaman. Seperti menjamin aktivitas keagamaan dan bantuan menu makanan alternatif.
Dia melanjutkan bahwa, tentara dari keluarga multikultural itu juga dapat menjadi sumber daya kekuatan militer utama Korea Selatan yang dibutuhkan, termasuk menjadi solusi dalam menjawab masalah kurangnya tenaga militer yang disebabkan oleh rendahnya angka kelahiran.