Pemerintah Korea Selatan membahas langkah-langkah terkait pasokan dan permintaan listrik, karena diperkirakan puncak penggunaan listrik pada musim panas tahun ini akan terjadi pada minggu kedua bulan Agustus.
Kementerian Perindustrian, Perdagangan, dan Sumber Daya, pada hari Kamis (20/06) menyatakan, permintaan listrik terbesar di musim panas ini diperkirakan mencapai 92,3GW, sama seperti musim panas tahun lalu yang mencapai di kisaran 93,6GW.
Permintaan listrik terbesar itu diperkirakan terjadi pada hari kerja di minggu kedua bulan Agustus, ketika tingkat operasional industri kembali naik setelah masa liburan musim panas berakhir.
Kementerian juga menganalisis, jika kebutuhan alat pendingin meningkat akibat panas di wilayah metropolitan dan awan yang masuk ke wilayah selatan serta pemanfaatan tenaga surya menurun, maka kebutuhan listrik dapat meningkat hingga 97,2GW.
Terkait dengan hal itu, otoritas kelistrikan mengumumkan bahwa pihaknya telah mengamankan kapasitas pasokan hingga 104,2GW pada musim panas tahun ini, melalui pengoperasian 21 pembangkit listrik tenaga nuklir dan peningkatan fasilitas tenaga surya.
Apabila daya cadangan tidak mencukupi, maka otoritas berencana untuk mengoperasikan sumber daya cadangan darurat hingga 7,2GW, dengan mengoperasikan pembangkit baru seperti Ulsan GPS Combined Cycle dan Tongyeong Natural Gas.
Dimana Kementerian mengumumkan rencana manajemen permintaan, bersamaan dengan rencana pasokan tersebut.
Selama masa pengelolaan intensif, mulai minggu ketiga bulan Juli hingga minggu ketiga bulan Agustus, lembaga publik akan mematikan AC masing-masing selama 30 menit pada jam sibuk, mulai pukul 16.30 hingga 17.30, dan standar suhu dalam ruangan akan dinaikkan jika kapasitas cadangan diperkirakan turun di bawah 5,5GW.
Selanjutnya, pemerintah berencana untuk menerapkan sistem pembayaran tagihan listrik dengan cicilan, mulai bulan Juli hingga September untuk konsumen listrik perumahan yang membayar lebih dari 100.000 won per bulan, serta sejumlah pemilik usaha kecil.