Juru runding nuklir dari Korea Selatan, Amerika Serikat (AS), dan Jepang mengecam keras kerja sama militer antara Korea Utara dan Rusia, yang secara resmi diumumkan saat Presiden Rusia Vladimir Putin mengunjungi Pyongyang pada pekan lalu.
Kecaman tersebut dilontarkan dalam sebuah pernyataan bersama setelah pembicaraan yang berlangsung lewat telepon pada hari Senin (24/06) antara Wakil Menteri Luar Negeri bidang Strategi dan Intelijen, Cho Koo-rae, Pejabat Senior Kementerian Luar Negeri AS urusan Korea Utara Jung Pak, dan Dirjen untuk Urusan Asia dan Oseania di Kementerian Luar Negeri Jepang, Hiroyuki Namazu.
Dalam pernyataan bersama itu, ketiga belah pihak mengutuk keras peningkatan kerja sama militer antara Pyongyang dan Moskwo, serta menambahkan bahwa transfer senjata yang dilakukan Korea Utara memperpanjang penderitaan rakyat Ukraina, melanggar berbagai resolusi Dewan Keamanan PBB, dan mengancam stabilitas di kawasan Asia Timur Laut dan Eropa.
Para juru runding tersebut memaparkan bahwa peningkatan kemitraan Korea Utara dan Rusia, sebagaimana disoroti dalam perjanjian kemitraan strategis komprehensif bilateral, harus menjadi keprihatinan serius dalam menjaga perdamaian dan stabilitas di Semenanjung Korea, dan mendukung kebebasan serta kemerdekaan Ukraina untuk melawan agresi Rusia dengan mematuhi rezim nonproliferasi global.
Ketiga pihak juga kembali memastikan niat mereka untuk lebih memperkuat kerja sama diplomatik dan keamanan, sekaligus mendesak Korea Utara untuk menghentikan provokasi lebih lanjut dan segera menghadiri perundingan.