Presiden Yoon Suk Yeol mendesak Rusia untuk secara bijaksana memutuskan pihak mana yang lebih penting bagi kepentingan negaranya, apakah Korea Selatan atau Korea Utara. Mengingat Korea Utara jelas merupakan gangguan dari dunia internasional.
Dalam sebuah wawancara tertulis dengan Reuters yang dirilis pada hari Senin (08/07), Yoon melontarkan hal itu sebelum menghadiri KTT Organisasi Perjanjian Atlantik Utara (NATO) yang akan digelar di Washington D.C, Amerika Serikat.
Presiden Yoon melanjutkan bahwa masa depan hubungan Korea Selatan dan Rusia akan sepenuhnya bergantung pada tindakan Moskow mengenai kerja sama militernya dengan Korea Utara. Sebagaimana rincian dukungan Korea Selatan untuk Ukraina akan diputuskan, sembari memantau tingkat kerja sama militer Rusia dan Korea Utara yang mencakup transaksi senjata, transfer teknologi militer, dan bantuan bahan-bahan strategis.
Demikian pula, Yoon mengakui bahwa kerja sama militer antara Pyongyang dan Moskow merupakan ancaman dan tantangan serius terhadap perdamaian dan keamanan di Semenanjung Korea dan di Eropa, dimana ia berencana untuk membahasnya dengan para pemimpin NATO.
Lebih lanjut dikatakan bahwa, jika Rusia terus melanggar resolusi Dewan Keamanan PBB dalam kerja sama militer ilegal dengan Korea Utara, maka hal tersebut pasti akan memiliki dampak negatif terhadap hubungan Seoul dan Moskow ke depan.
Ketika ditanya tentang hubungan dengan AS menjelang pemilihan presiden pada bulan November mendatang, Presiden Yoon menekankan bahwa aliansi kedua negara akan tetap kuat di masa depan terlepas dari siapa yang akan menang dalam pemilu.
Dia menambahkan bahwa aliansi Seoul dan Washington semakin memperkuat kemampuan respons terhadap ancaman rudal dan misil Korea Utara melalui Kelompok Konsultasi Nuklir (NCG).