Menteri Luar Negeri Korea Selatan, Cho Tae-yul menyampaikan harapannya agar Jepang dapat melakukan langkah lanjutan yang jujur terkait komitmennya untuk menyertakan sejarah kerja paksa warga Korea, sebelum situs tambang emas di pulau Sado, Jepang terdaftar sebagai salah satu Situs Warisan Budaya Dunia UNESCO.
Menteri Cho menyatakan harapan tersebut dalam konferensi pers yang digelar setelah KTT Menteri Luar Negeri Asia Timur yang berlangsung di Vientiane, Laos pada hari Sabtu (27/07).
Dalam kesempatan itu, Cho mengharapkan bahwa Jepang untuk dapat terus bekerja sama erat dengan pemerintah Korea Selatan dan menyertakan sejarah pertambangan itu dengan transparan di keterangan situs tambang, serta mengenang warga Korea yang dikerjakan secara paksa saat zaman penjajahan dulu.
Disebutkan pula bahwa, pembangunan fasilitas pemeran sejarah di situs tambang terkait kerja paksa tersebut sebelum didaftarkan sebagai warisan budaya dunia, merupakan hasil dari upaya Korea Selatan yang gigih untuk menyelesaikan masalah melalui konsesi, dan bukan konfrontasi dengan Jepang.
Pemerintah Tokyo telah melanjutkan negosiasi untuk mendapatkan konsesi dari Korea Selatan untuk mendaftarkan tambang Sado sebagai warisan budaya dunia. Dimana Jepang telah membangun fasilitas untuk memperkenalkan sejarah terkait mobilisasi paksa di museum yang terletak 2 kilometer dari tambang Sado, sebagai bagian dari upaya untuk mencerminkan 'keseluruhan sejarah' situs tambang Sado.