Meski terdapat kontroversi dimana tidak ada istilah 'kerja paksa' di ruang pameran Tambang Sado yang didaftarkan sebagai warisan dunia UNESCO, namun Kantor Kepresidenan Korea Selatan menyatakan bahwa ruang pameran tersebut adalah langkah lanjutan dari Jepang yang bermakna sebelum pendaftarannya.
Seorang pejabat Kantor Kepresidenan mengatakan pada hari Senin (29/07) bahwa pemerintah Jepang telah mengambil langkah awal sebelum Tambang Sado didaftarkan sebagai warisan dunia UNESCO, seperti pembukaan ruang pameran khusus yang menjelaskan tentang pekerja warga Korea.
Ditambahkan pula, Jepang telah pernah menepati janji yang akan menyertakan sejarah kerja paksa bagi warga Korea ketika mereka mendaftarkan pulau Hashima sebagai warisan dunia UNESCO pada tahun 2015 lalu, namun langkah kali ini dinilai sedikit berbeda.
Menurutnya, pemerintah Jepang berjanji akan menyediakan ruang pameran di sekitar Tambang Sado untuk memperkenalkan sejarah kerja paksa warga Korea oleh Jepang, dan akan menggelar upacara peringatan tahunan untuk mengenang para pekerja tambang di masa lalu.
Penyediaan ruang pameran sebelum pendaftaran tambang itu ditafsirkan sebagai langkah awal dari Jepang.
Seorang pejabat Kantor Kepresidenan tersebut mengatakan bahwa walaupun tidak ada ekspresi seperti istilah 'kerja paksa', namun isi pameran langsung menunjukkan kenyataan pekerja warga Korea yang mengerikan bersama dengan tulisan terkait perekrutan tenaga kerja paksa oleh pemerintah Jepang saat zaman penjajahan.
Ia menambahkan bahwa terdapat pernyataan yang berisi tentang pekerja warga Korea yang sempat melarikan diri dan kemudian ditangkap, termasuk adanya pernyataan mengenai kondisi tahanan. Sehingga siapa pun dapat menyadari sejarah tersebut dan suasana terkait kerja paksa di masa lalu.