Sebanyak 8 rumah sakit, termasuk Rumah Sakit Severance Universitas Yonsei, dipilih untuk pertama kali dalam proyek percontohan transformasi struktural, guna menata kembali rumah sakit umum tersier agar dapat fokus pada pasien kritis. Dimana pemerintah juga mengumumkan kriteria seleksi dan rencana proyek percontohan ke depan.
Kementerian Kesehatan dan Kesejahteraan Korea Selatan menyatakan dalam pengarahan rutin pada hari Kamis (24/10), bahwa pihaknya meninjau rumah sakit yang mengajukan rencana pengurangan tempat tidur, memperpendek jam kerja dokter residen, dan menyerahkan rencana kerja sama medis. Selanjutnya kementerian akan memilih sasaran untuk proyek pendukung transformasi struktural tersebut.
Yoo Jeong-min, Kepala Bagian Inovasi Sistem Medis di Kementerian Kesehatan dan Kesejahteraan, mengatakan bahwa 8 rumah sakit terpilih itu telah mengurangi jumlah tempat tidur kecuali rumah sakit yang memerlukan perawatan untuk pediatri, persalinan berisiko tinggi, dan layanan darurat. Hal itu juga mencakup penerapan kenaikan biaya medis untuk unit perawatan intensif, ruang rawat inap 2 hingga 4 orang, dan operasi berat sejak 23 Oktober lalu.
Yoo juga menyebut pada pekan ini terdapat 10 lembaga medis tambahan, termasuk salah satu dari 5 rumah sakit besar, mengajukan permohonan untuk proyek percontohan tersebut dan hasilnya akan diumumkan setelah dievaluasi.
Untuk pembentukan sistem kerja sama perawatan medis, kementerian berencana memungkinkan kerja sama medis yang praktis antara rumah sakit umum tersier dan rumah sakit primer serta sekunder setempat.
Untuk itu, pemerintah akan membangun sistem hubungan informasi medis yang berpusat pada rumah sakit umum tersier dan rumah sakit sekunder dalam wilayah dan sekitarnya, berdasarkan pendapat akurat dokter, dan membangun sistem pengobatan cepat (jalur cepat) antar rumah sakit yang berkolaborasi dalam pengobatan.
Menanggapi kekhawatiran bahwa perubahan struktural tersebut dapat diikuti dengan pengurangan tenaga kerja, Jeong Gyeong-sil, Kepala Bagian Promosi Reformasi Medis di Kementerian Kesehatan dan Kesejahteraan, mengatakan bahwa proyek itu hanya berfokus pada perawatan pasien yang sakit kritis dengan mempekerjakan kembali tenaga medis yang ada, sehingga tidak akan mengubah struktur tenaga kerja.