Pemerintah Korea Selatan menyelenggarakan upacara peringatan secara terpisah di Pulau Sado, Jepang setelah tidak hadir dalam upacara peringatan di Tambang Sado. Dimana pemerintah Jepang sebelumnya telah mengundang para pejabat pemerintah Korea Selatan dan keluarga warga Korea yang menjadi korban.
Tambang Sado tercatat sebagai lokasi pengerahan ratusan orang warga Korea untuk bekerja secara paksa di tambang-tambang di masa penjajahan Jepang.
Acara terpisah untuk memperingati korban pekerja Korea di sekitar lokasi bekas asrama Korea dekat Tambang Sado berlangsung di pulau Sado, Prefektur Niigata, Jepang, dengan dihadiri oleh sembilan anggota keluarga korban bersama Duta Besar Korea Selatan untuk Jepang, Park Cheol-hee.
Sebelumnya pada hari Sabtu (23/11), pemerintah Korea Selatan telah menginformasikan Jepang bahwa pihaknya tidak akan hadir dalam acara tersebut. Diketahui bahwa Korea Selatan mengambil keputusan itu dengan mengangkat masalah terkait kunjungan pejabat urusan politik Kementerian Luar Negeri, yang mewakili pemerintah pusat Jepang, Akiko Ikuina dan isi pidato peringatannya, yang dinilai tidak sesuai dengan tujuan acara untuk mengenang korban kerja paksa Korea.
Jepang telah menjanjikan gelaran acara peringatan tahunan bagi seluruh korban, termasuk ratusan orang Korea yang dikerahkan untuk bekerja paksa di tambang-tambang tersebut, ketika Tambang Sado pada bulan Juli lalu berhasil masuk ke dalam daftar Warisan Dunia UNESCO.
Para ahli sejarah mengatakan bahwa sekitar 1.500 orang Korea dikerahkan ke Pulau Sado secara paksa untuk digunakan oleh Jepang, termasuk di tambang-tambang dan pabrik Jepang untuk mengatasi kekurangan tenaga kerja pada masa perang di Asia dan Pasifik.