Kementerian Transportasi dan Pertanahan Korea Selatan mengonfirmasi bahwa sayap dan mesin pesawat Air Busan yang mengalami kebakaran sebelum lepas landas di Bandara Internasional Gimhae pada 28 Januari lalu, tidak mengalami kerusakan.
Komite Investigasi Kecelakaan Penerbangan dan Kereta Api yang segera dikirim ke lokasi setelah insiden terjadi telah melakukan pemeriksaan terhadap pesawat yang terbakar itu dan memastikan bahwa sayap serta mesin tidak rusak.
Oleh karena itu, berdasarkan kesaksian penumpang yang melihat api di kompartemen bagasi, Komite tersebut menduga kebakaran bisa berasal dari barang bawaan di kabin, termasuk kemungkinan baterai cadangan.
Insiden kebakaran baterai cadangan juga pernah terjadi di Asiana Airlines dan Eastar Jet serta Busan Air pada tahun lalu meskipun tidak terdapat kerusakan besar karena berhasil dipadamkan oleh awak kabin.
Organisasi Penerbangan Sipil Internasional (ICAO ) mengizinkan penumpang membawa dua baterai cadangan di bawah 160Wh, namun meningkatnya insiden memunculkan seruan untuk memperketat aturan barang bawaan penumpang.
Sementara itu, tim investigasi akan bekerja sama dengan kepolisian dan pemadam kebakaran pada hari Kamis (30/01) untuk menentukan penyebab pasti kebakaran. Mereka juga akan menganalisis black box pesawat serta perekam suara kokpit.
Kementerian tersebut menyatakan bahwa investigasi awal tidak menemukan indikasi terorisme, namun penyelidikan tambahan akan dilakukan jika diperlukan.
Pemerintah telah membentuk pusat penanggulangan kecelakaan di kantor pemerintah Sejong dan Bandara Gimhae, sementara Air Busan memastikan asuransi mereka mencakup kompensasi bagi penumpang dan bagasi.