Korea Utara menyampaikan komitmen untuk tetap melanjutkan rencana dalam meningkatkan kemampuan nuklirnya, sambil mengkritik pernyataan bersama dari Korea Selatan, Amerika Serikat (AS), dan Jepang yang memutuskan untuk mengupayakan denuklirisasi Korea Utara secara menyeluruh.
Kementerian Luar Negeri Korea Utara mengeluarkan kritik tersebut dalam sebuah pernyataan yang disiarkan oleh Kantor Berita Pusat Korea (KCNA) pada hari Selasa (18/02), dengan menyatakan "kekhawatiran serius" terhadap tindakan gegabah AS, Jepang, dan Korea Selatan, yang disebut telah memicu konfrontasi dan konflik di Semenanjung Korea.
Sebelumnya, para Menteri Luar Negeri Korea Selatan, AS, dan Jepang merilis pernyataan bersama terkait hal itu pada hari Sabtu (15/02) setelah sebuah pertemuan yang diadakan di sela-sela Konferensi Keamanan Munich di Jerman.
Korea Utara mengatakan AS sedang mengejar rencana yang ketinggalan zaman dan tidak masuk akal, dengan menyebut denuklirisasi sebagai tujuan yang "tidak berwawasan luas".
Pernyataan KCNA tersebut melanjutkan bahwa selama ancaman dari AS dan pasukan bawahannya masih ada, maka senjata nuklir Korea Utara merupakan sarana pertahanan diri yang sah menurut konstitusinya dan diperlukan untuk perdamaian serta kedaulatan.
Kemenlu Korea Utara kemudian mengatakan bahwa mereka akan secara konsisten mematuhi kebijakannya untuk memperkuat kekuatan nuklirnya serta akan fokus untuk menghalangi AS dan pasukannya.