Panglima tertinggi Angkatan Udara Korea Selatan menyampaikan permintaan maaf atas insiden bom yang tidak sengaja jatuh oleh jet tempur di daerah sipil atau pemukiman warga dalam sebuah latihan militer pada hari Kamis (06/03) pekan lalu.
Kepala Staf Angkatan Udara, Lee Young-soo, pada hari Senin (10/03) meminta maaf atas insiden ledakan bom tersebut selama konferensi pers untuk menuturkan hasil investigasi sementara terkait kecelakaan yang seharusnya tidak terjadi. Lee mengakui bahwa AU, yang seharusnya melindungi dan memastikan keselamatan masyarakat, justru malah mengganggu ketenangan dan menyebabkan kerugian.
Angkatan Udara secara resmi menyatakan bahwa insiden tersebut disebabkan oleh kesalahan dalam penentuan titik koordinat target.
Dilanjutkan bahwa, dalam operasi dua jet tempur KF-16, pilot pesawat pertama membacakan titik koordinat target, sementara pilot pesawat kedua menentukannya ke dalam komputer misi. Namun, dalam proses tersebut, terjadi kesalahan dalam satu digit angka pada garis lintang.
Pada hari terjadinya insiden, perangkat untuk mengirimkan titik koordinat target dari komputer misi ke pesawat kedua mengalami kerusakan, sehingga titik koordinat target harus ditentukan kembali secara manual. Akibatnya, kedua pesawat menerima titik koordinat target yang berbeda, namun para pilot jet itu gagal menyadari kesalahan tersebut dalam tahap verifikasi.
Di saat para pilot melewatkan beberapa kesempatan untuk memverifikasi titik koordinat, sistem komando dan pengawasan juga tidak berfungsi dengan baik.
Terdapat pula masalah dalam penanganan pasca-insiden. Dimana salah sasaran baru terdeteksi pada pukul 10:07 pagi, namun diperlukan waktu 14 menit sebelum laporan disampaikan kepada Panglima Komando Operasi Udara.
Selain itu, pemberitahuan resmi kepada publik melalui media pun dilakukan setelah 80 menit setelahnya, sehingga secara keseluruhan, insiden tersebut baru diumumkan sekitar 100 menit setelah kecelakaan terjadi.
Angkatan Udara berencana untuk memperbaiki prosedur verifikasi ganda terhadap titik koordinat target dalam misi latihan dengan amunisi, serta memperkuat sistem pelaporan guna memastikan bahwa situasi abnormal dapat segera dikomunikasikan dengan cepat dan efektif.