Penjabat Presiden Korea Selatan, Han Duck-soo memberikan pidato kebijakan di Majelis Nasional pada Kamis (24/04).
Dalam pidato tersebut, yang pertama dilakukan oleh seorang penjabat presiden non-presidensial dalam 46 tahun terakhir, Han akan meminta kerja sama parlemen untuk meloloskan rancangan anggaran tambahan senilai 12 triliun won serta menjelaskan arah kebijakan dalam negosiasi perdagangan dengan Amerika Serikat.
Diketahui Han tidak akan menyinggung isu pencalonan diri untuk pemilihan presiden mendatang, tapi meningkatnya aktivitas publik Han akhir-akhir ini justru semakin memicu spekulasi bahwa ia tengah mempersiapkan diri untuk maju dalam pemilihan presiden.
Partai Demokrat Korea mengumumkan akan merespons pidato Han dengan diam karena pidato kebijakan itu dianggap sebagai 'untuk pencalonan presiden'.
Mereka juga menyuarakan kekhawatiran akan negosiasi perdagangan yang tergesa-gesa kemudian mendesak pemerintah untuk bersikap hati-hati dalam hal itu.
Sementara itu, beberapa anggota Partai Kekuatan Rakyat secara aktif mendorong Han untuk mencalonkan diri dalam pilpres hingga ada kabar bahwa pengumuman resmi pencalonan akan segera dilakukan.
Di dunia politik, muncul spekulasi bahwa Han mungkin akan mengambil keputusan untuk pencalonannya setelah menyelesaikan pidato kebijakan dan negosiasi tarif dengan AS.
Disebutkan juga kemungkinan pengumuman pencalonan dilakukan pada tanggal 29 April ketika rapat kabinet terakhir sebelum batas waktu pengunduran diri pejabat publik untuk pilpres.
Di tengah meningkatnya spekulasi pencalonan, Penjabat Presiden Han, Rabu (23/04) kemarin mengunjungi Komando Bersama Korea Selatan dan Amerika Serikat (AS).
Meskipun kunjungan tersebut disebut bertujuan untuk menegaskan pentingnya aliansi Korea Selatan dan AS menjelang negosiasi tarif, ada yang menafsirkan rangkaian kegiatan Han sebagai bagian dari persiapan untuk pencalonan.