Adik dari perempuan pemimpin Korea Utara, Kim Yo-jong menyatakan bahwa jika Amerika Serikat (AS) gagal menerima realita yang telah berubah dan terus terjebak pada masa lalu, maka pembicaraan di masa depan hanya akan menjadi harapan sepihak dari pihak AS.
Pernyataan itu disampaikannya melalui Kantor Pusat Berita Korea (KCNA) milik Korea Utara pada Selasa (29/07).
Menanggapi pernyataan pejabat Gedung Putih yang mengatakan bahwa Washington tetap terbuka untuk berdialog dengan Pyongyang mengenai denuklirisasi, Kim mengatakan bahwa penting untuk mengingat bahwa tahun 2025 bukanlah tahun 2018 atau 2019.
Pemimpin Korea Utara, Kim Jong-un dan Presiden AS, Donald Trump menggelar pertemuan pertama mereka di Singapura pada Juni 2018, kemudian bertemu kembali di Hanoi pada Februari 2019, dan di desa perbatasan Panmunjeom pada Juni tahun yang sama.
Kim Yo-jong mengakui bahwa hubungan pribadi antara Kim Jong-un dan Presiden Trump “tidak buruk.”
Namun, ia menegaskan bahwa jika Washington berniat memanfaatkan hubungan pribadi antara kedua pemimpin sebagai cara untuk mengakhiri program senjata nuklir Korea Utara, maka upaya itu hanya akan menjadi bahan “olok-olok.”
Ia menekankan bahwa Korea Utara telah mengamankan statusnya sebagai negara bersenjata nuklir yang utuh dan bahwa lingkungan geopolitik telah berubah secara drastis. Ia memperingatkan bahwa setiap upaya untuk menyangkal status nuklir Korea Utara akan ditolak secara tegas.