Bank Sentral Korea Selatan (BOK) mengeluarkan laporan berjudul "pengaruh ketidakpastian kebijakan Amerika Serikat terhadap pertumbuhan ekonomi Korea Selatan" hari Senin (01/09).
Menurut laporan tersebut, tarif tinggi AS dan penundaan negosiasi melemahkan kegiatan investasi perusahaan dan konsumsi rumah tangga. Hal tersebut menangguhkan pemulihan ekonomi rill.
BOK menganalisis bahwa peningkatan ketidakpastian yang muncul setelah pemerintahan Trump periode kedua menurunkan rasio pertumbuhan ekonomi Korea Selatan sebesar 0,13% pada tahun 2025 dan 0,16% pada tahun 2026.
Angka tersebut bisa dipastikan apabila ketidakpastian terkait kebijakan tarif AS dihapus pada kuartal ketiga tahun ini.
Apabila ketidakpastian tersebut berlanjut sampai tahun 2026 mendatang, rasio pertumbuhan ekonomi tahun depan bisa diturunkan sebesar 0,27%. Namun angka itu bisa memburuk sampai 0,34% jika kondisi tersebut terus berlangsung sepanjang masa jabatan Presiden Trump.
Menurut BOK, kebijakan tarif AS memperburuk prediksi kondisi ekonomi global, sehingga sentimen perusahaan dan rumah tangga dalam negeri Korea Selatan merosot.
Melalui negosiasi tarif antara Korea Selatan dan AS pada akhir bulan Juli lalu, tarif resiprokal diturunkan sampai 15%.
Ketidakpastian perdagangan juga agak mereda karena Korea Selatan berjanji akan menginvestasikan dana senilai 350 miliar dolar Amerika bersama pembukaan pasar energi dan otomotif.
Namun, BOK mengkritik bahwa tarif 15% tetap tinggi bagi ekonomi Korea Selatan, dan dampak tambahan juga terpaksa dialami apabila kesepakatan tarif rincian dengan AS ditunda atau konflik perdagangan dengan negara lain terjadi.