Kementerian Lingkungan Hidup dan Badan Meteorologi Korea pada Kamis (18/09) merilis Laporan Penilaian Krisis Iklim Korea 2025.
Laporan itu menunjukan peningkatan suhu rata-rata tahunan. Tahun 2024 menempati peringkat tertinggi peningkatan suhu udara sebesar 14,5 derajat Celsius, diikuti tahun 2023 dengan 13,7 derajat Celsius.
Suhu permukaan laut di sekitar Korea Selatan dari tahun 1968-2023, meningkat lebih dari dua kali rata-rata global, sebesar 1,44 derajat Celcius. Di Semenanjung Korea, suhu rata-rata meningkat 2,3 sampai 7 derajat Celsius.
Tidak hanya itu, durasi hari gelombang panas juga meningkat hingga sembilan kali lipat.
Konsentrasi karbondioksida yang diamati di tiga lokasi utama tahun 2024, tercatat 428 hingga 431 ppm, lebih tinggi 5,2 hingga 7,9 ppm dibandingkan rata-rata global.
Dampak dari krisis iklim terhadap ekosistem dan masyarakat pun semakin nyata. Jumlah penderita penyakit akibat panas pada 2024 mencapai 3.704 orang, dua kali lebih tinggi dibandingkan tahun 2023 dan 2020.
Populasi hewan juga berkurang. Dari 52 spesies burung darat, sekitar 40% mengalami penurunan populasi. Di sektor perikanan, kenaikan suhu laut pada tahun 2100 diperkirakan naik 4-5 derajat Celsius yang akan berdampak pada keanekaragaman laut.
Pemerintah akan menerapkan laporan tersebut ke dalam Rencana Tanggap Krisis Iklim Nasional ke-4 Tahun 2026-2030, yang akan ditetapkan pada paruh kedua tahun ini.