Presiden Korea Selatan, Lee Jae Myung dan Perdana Menteri Jepang, Shigeru Ishiba menegaskan kembali tekad mereka untuk mencapai denuklirisasi penuh serta perdamaian permanen di Semenanjung Korea.
Juru bicara Kepresidenan Korea Selatan, Kang Yu-jung menyampaikan hal tersebut dalam konferensi pers di Busan Exhibition and Convention Center pada Selasa (30/09), usai pertemuan puncak kedua pemimpin di kota pelabuhan selatan tersebut.
Kang mengatakan, Lee memaparkan upaya Seoul meredakan ketegangan dan membangun kepercayaan, sekaligus menyerukan kerja sama Tokyo. Keduanya juga menekankan komitmen mereka terhadap penghentian program nuklir Pyongyang.
Pertemuan ini berlangsung setelah Pemimpin Korea Utara, Kim Jong-un berulang kali menegaskan tidak akan meninggalkan senjata nuklir, meski sempat memberi sinyal dapat membuka kembali dialog dengan Washington jika tuntutan denuklirisasi dicabut.
Lee dan Ishiba sepakat kedua negara harus bekerja sama sebagai tetangga dekat sekaligus mitra global untuk menghadapi dinamika geopolitik yang berubah serta disrupsi perdagangan.
Keduanya juga menegaskan kerja sama dalam isu sosial bersama, termasuk rendahnya angka kelahiran, penuaan populasi, ketimpangan regional, pertanian, pencegahan bencana, dan angka bunuh diri.
Terkait friksi sejarah Korea Selatan-Jepang, Lee menekankan pentingnya “menghadapi masa lalu secara jujur sembari melanjutkan kerja sama berorientasi masa depan.” Ia menilai akumulasi pencapaian bersama dapat menciptakan siklus positif yang mendukung dialog.
Pertemuan kemarin dimaksudkan menjadi langkah terbaru dalam menghidupkan kembali “diplomasi shuttle” antara kedua negara.
Sebelumnya di hari yang sama, Ishiba berziarah ke makam Lee Soo-hyun, mahasiswa Korea yang tewas di Tokyo pada tahun 2001 saat menyelamatkan penumpang kereta Jepang. Ishiba memuji “semangat mulia dan cinta tanpa batas” dari mendiang Lee Soo-hyun.