Pembicaraan lanjutan antara Korea Selatan dan Amerika Serikat (AS), yang sempat tertunda sejak akhir Juli, akhirnya diselesaikan pada pertemuan tingkat tinggi antara kedua negara.
Jumlah investasi tunai, yang menjadi isu paling krusial, telah mencapai titik temu. Dari total investasi sebesar 350 miliar dolar yang dijanjikan Korea Selatan kepada AS, 200 miliar dolar akan diinvestasikan secara tunai dengan batas investasi 20 milyar dolar per tahun untuk menghindari gejolak di pasar valuta asing.
Sementara itu, sisa 150 miliar dolar AS akan diivestasikan oleh perusahaan-perusahaan Korea Selatan untuk kerja sama di sektor industri perkapalan, namun tidak harus sepenuhnya dalam bentuk tunai. Jaminan yang diterima oleh perusahaan juga dapat dihitung sebagai bagian dari nilai investasi.
Kedua negara juga sepakat untuk membagi keuntungan investasi secara merata hingga pelunasan pokok dan bunga selesai, dengan klausul yang memungkinkan penyesuaian rasio pembagian di masa depan.
Pemerintah AS juga menyetujui penurunan tarif impor mobil dan suku cadang dari 25% menjadi 15%, setingkat tarif yang diberlakukan terhadap Jepang dan negara-negara Eropa.
Untuk komoditas ekspor utama lainnya seperti semikonduktor, tarif akan disesuaikan agar tidak merugikan Korea Selatan dibandingkan dengan negara pesaingnya, seperti Taiwan.
Sementara itu, pemerintah Korea Selatan menyatakan bahwa pihaknya berhasil mencegah tambahan pembukaan sektor pertanian, termasuk beras dan daging sapi. Namun, waktu penurunan tarif bea masuk masih belum ditetapkan.
Untuk melaksanakan kesepakatan ini, Korea Selatan harus membuat undang-undang terkait.
Kepala Staf Kepresidenan Korea Selatan Bidang Kebijakan, Kim Yong-beom menyatakan bahwa rancangan undang-undang tersebut akan diberlakukan secara surut mulai tanggal 1 pada bulan pengajuan RUU tersebut ke parlemen.
Dengan demikian, waktu penurunan tarif bea masuk diperkirakan diberlakukan paling cepat pada 1 November atau 1 Desember mendatang.