Presiden Lee Jae Myung secara langsung mengumumkan ‘Joint Fact Sheet’, atau lembar fakta bersama yang memuat hasil akhir dari negosiasi tarif dan keamanan antara Korea Selatan dan Amerika Serikat.
Presiden Lee menyatakan pada Jumat (14/11) di kantor media kepresidenan Yongsan bahwa negosiasi perdagangan dan urusan keamanan antara Korea Selatan dan AS yang selama ini menjadi variabel terbesar bagi perekonomian dan keamanan nasional, telah resmi mencapai kesepakatan final.
Pengumuman resmi ini disampaikan 16 hari setelah KTT Korea Selatan dan AS di Gyeongju pada 29 Oktober, ketika kedua pemimpin mencapai kesepakatan mengenai sejumlah isu utama dalam hubungan bilateral.
Presiden Lee memaparkan bahwa, berlandaskan kepercayaan yang kuat dalam aliansi Korea Selatan dan AS, serta atas dasar saling menghormati dan saling memahami, kedua negara berhasil mencapai hasil terbaik yang memungkinkan, yang berpijak pada akal sehat dan rasionalitas.
Khususnya terkait negosiasi tarif, Presiden Lee menekankan bahwa kedua pemerintah telah memastikan komitmen untuk hanya melanjutkan investasi pada proyek-proyek yang layak secara komersial dan berada dalam batas yang dapat ditanggung oleh perekonomian Korea.
Kedua negara juga akan membangun kemitraan kerja sama pada level yang berbeda dari sebelumnya, mulai dari industri strategis tradisional seperti galangan kapal dan energi nuklir, hingga industri teknologi masa depan seperti kecerdasan buatan dan semikonduktor.
Dalam negosiasi keamanan, yang sebelumnya disebut sebagai alasan penundaan rilis Joint Fact Sheet, Presiden Lee menjelaskan bahwa pemerintah berhasil mengonfirmasi terpenuhinya sejumlah tuntutan utama Korea.
Sebagai hasilnya, kedua negara sepakat untuk mendorong pembangunan kapal selam bertenaga nuklir, yang merupakan aset strategis penting bagi perdamaian di Semenanjung Korea.
Korea Selatan juga telah memperoleh dukungan dari pemerintah AS terkait pengayaan uranium dan pemrosesan ulang bahan bakar nuklir bekas.
Ia juga menegaskan bahwa Washington kembali memastikan komitmennya terhadap keberlanjutan penempatan pasukan AS di Korea Selatan, serta terhadap kebijakan penangkalan yang diperluas.
Menurut Presiden Lee Jae Myung, dengan pencapaian ini, aliansi Korea Selatan dan AS berkembang dan semakin diperkuat menjadi aliansi strategis komprehensif masa depan yang mencakup bidang keamanan, ekonomi, dan teknologi canggih.