Satu dari 6 perusahaan konstruksi Korea berskala menengah dan besar dikabarkan akan mengalami kebangkrutan, karena keadaan utang mereka dinilai sangat bermasalah dengan melampaui modal sendiri.
Menurut Badan Pengawasan Keuangan Korea, jumlah utang 50 perusahaan konstruksi utama Korea mencapai senilai 158 triliun Won dan 6 dari 50 perusahaan konstruksi tersebut sedang berada dalam situasi utang bermasalah dengan melampuai modal mereka sendiri.
Diantara perusahaan tersebut, 5 perusahaan, termasuk Byeoksan, Poongrim dan Hanil telah ditetapkan menghadapi masalah utang dibawah pengawasan bursa efek, karena jumlah utang mereka melampaui modal yang dimilikinya.
Beberapa kalangan pakar mengatakan bahwa jika perusahaan konstruksi berskala menengah dan besar mengutamakan proyek konstruksi dalam negeri karena sulitnya perolehan tender dari luar negeri, hal itu dapat mengakibatkan kebangkrutan bagi pihak perusahaan konstruksi berskala kecil. Akibatnya, hal tersebut dapat menimbulkan pengaruh negatif pada industri konstruksi Korea Selatan secara keseluruhan.