Mata uang Korea Selatan terapresiasi terhadap yen dengan menembus level psikologis penting 1.000 won untuk pertama kalinya dalam lima tahun pada hari Senin (30/12/2013).

Mata uang lokal diperdagangkan pada 1.001,81 per 100 yen pada pukul 02.10 siang, naik 0,19 won dari penutupan hari Jumat (27/12/2013).

Won menyentuh 999,67 per 100 yen, segera setelah pasar dibuka. Uang dolar berfungsi menjadi patokan bagi kurs antara won dan yen.

Pergerakan naik ini adalah hasil dorongan terus menerus Jepang yang menyuntikkan likuiditas ke pasar untuk merangsang pertumbuhan ekonominya, meskipun ada keputusan AS baru-baru ini yang mengurangi program pembelian obligasi.

Sejak akhir tahun lalu, Perdana Menteri Jepang Shinzo Abe telah mengeluarkan "Abenomics" - campuran kebijakan moneter dan fiskal agresif - untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi dan memerangi deflasi tahunan. Injeksi likuiditas besar-besaran bank sentral Jepang telah menempatkan tekanan berat pada yen.

Kenaikan won terhadap yen merupakan penyebab utama keprihatinan yang bisa mengakibatkan terkikisnya daya saing harga produk Korea Selatan di pasar luar negeri yang harus bersaing dengan rival mereka dari Jepang.

Secara khusus ekspor ke Jepang telah terpengaruh. Selama periode Januari- November, data industri menunjukkan kontrak ekspor Korea Selatan menuju Jepang mencapai 10,5 persen dari tahun sebelumnya.

Pemerintah mengatakan pihaknya sedang mempertimbangkan langkah-langkah beragam untuk memberi dukungan bagi eksportir kecil dan menengah, yang rentan terhadap fluktuasi mata uang tersebut.