Sebuah pasar raksasa telah lahir yang mencakup Produk Domestik Bruto (PDB) sebesar 2,7 triliun dolar di Timur Laut Asia dan Oseania.

Pemerintah Korea Selatan dan Australia telah menyepakati Perjanjian Perdagangan Bebas (FTA) pada hari Selasa (8/4/2014), tepat tujuh tahun empat bulan setelah keduanya menyetujui studi bersama kelayakan kesepakatan perdagangan ini pada Desember 2006. Yoon Sang-jick, Menteri Industri, Perdagangan dan Energi bersama Menteri Perdagangan Australia Andrew Robb, hari ini menandatangani perjanjian FTA tersebut.

Australia merupakan rekanan FTA ke-11 Korsel. Korsel sebelumnya menandatangani FTA bersama Chili, Singapura, EFTA, ASEAN, India, Uni Eropa, Peru, Amerika Serikat, Turki dan Kolombia. Saat ini, wilayah FTA Korsel mencakup 57,3 persen PDB dunia.

Berdasarkan pendapat ahli, besaran ekonomi Australia menduduki posisi 12 dunia dan tahun lalu mencapai nilai perdagangan sebesar 30,3 miliar dolar bersama Korsel. Pasar domestik Australia yang besar dengan pendapatan nasional perkapita sebesar 70.000 dolar, membuat Australia menjadi rekanan perdagangan yang potensial bagi Korsel.

Beberapa ahli menilai Australia adalah rekanan FTA paling ideal bagi Korsel. Produk-produk ekspor utama Korsel ke Australia adalah produk-produk industri seperti mobil dan petrokimia, sedangkan ekspor Australia ke Korsel merupakan produk-produk suplemen seperti sumber daya alam dan energi.

Korea Selatan juga berhasil memasukkan aturan sengketa investor-pemerintah, atau ISD, sebuah sistem penyelesaian ke dalam pakta perdagangan. Sistem ISD, yang ditentang Australia pada awalnya, diharapkan berfungsi sebagai pengaman Korea Selatan dalam melindungi investor domestik.

Departemen Perindustrian, Perdagangan dan Energi memperkirakan FTA ini akan meningkatkan PDB Korea Selatan sebesar 0,14 persen selama 10 tahun setelah perjanjian diberlakukan. Hal ini juga akan meningkatkan kesejahteraan konsumen Korea Selatan sekitar 1,6 miliar dolar selama satu dekade.