Sebuah lembaga riset di Kongres Amerika Serikat kembali menunjukkan keprihatinan atas revisionisme sejarah Perdana Menteri Jepang, Shinzo Abe, menyebutnya sebagai pendorong peningkatan ketegangan di kawasan.
Layanan Riset Kongres (CRS) Amerika Serikat, dalam laporan pada hari Selasa (21/01/2015), mengungkapkan pernyataan dan tindakan kontroversial isu sejarah Abe dan kabinetnya memicu kegelisahan bahwa Tokyo bisa mengganggu hubungan di kawasan dengan cara yang merugikan kepentingan Amerika Serikat.
Laporan itu menyinggung pendekatan Abe dalam menangani soal wanita penghibur militer Jepang dan kunjungan ke kuil Yasukuni yang memicu ketegangan di kawasan.
Laporan terakhir tampaknya memperlihatkan keprihatinan dan kekhawatiran internal Washington terhadap gerakan revisionisme sejarah Abe.
Pada bulan September lalu, CRS sempat mengkritik dalam sebuah laporan bahwa pernyataan dan tindakan pemerintahan Abe yang kontroversial soal sejarah melemahkan kemampuan untuk membangun hubungan yang konstruktif dengan Korea Selatan dan mengatasi isu-isu sensitif yang terkait dengan Cina. Ditambahkannya, gerakan ini akhirnya merusak kepentingan Amerika Serikat di Asia Timur.