Dalam pertemuan tingkat Menteri Luar Negeri antara Korea Selatan, Cina, dan Jepang, ketiga pihak sepakat berupaya menggelar KTT trilateral secepat mungkin, namun belum bisa memastikan dibuka di tahun ini.

Menteri Luar Negeri Jepang, Fumio Kishida, mengunjungi pertemuan pertukaran mahasiswa Korea Selatan dan Jepang pada hari Minggu (22/3/2015), dan menekankan pentingnya kerja sama kalangan muda antara dua negara, karena dunia internasional berharap muncul kemajuan hubungan antara Korea Selatan dan Jepang. Komentar itu ditafsirkan bahwa hubungan antara Korea Selatan dan Jepang tidak boleh dibatasi masalah sejarah masa lalu.

Namun, Menteri Luar Negeri Cina, Wang Yi, mengatakan masalah sejarah bukanlah masalah masa lalu, melainkan masalah saat ini, karenanya tidak boleh menjadi masalah masa depan. Dengan komentar tersebut, ia memberi tekanan kepada Jepang agar menyelesaikan masalah sejarah masa lalu.

Dengan demikian, tampaknya pembukaan pertemuan tingkat tinggi di tahun ini belum bisa dipastikan meski ketiga pihak sudah sepakat berupaya membukanya secepat mungkin.

Persoalan kini ada pada bagaimana sikap Perdana Menteri Jepang, Shinzo Abe. Dia akan berpidato di depan parlemen AS bulan depan, dan pengakuan sejarah masa lalu yang terkandung dalam pidato itu akan menjadi kunci utama bagi penentuan pembukaan KTT trilateral di tahun ini. Selain itu, 'Pernyataan Abe' yang akan diumumkan pada tanggal 15 Agustus juga menjadi pertanda bagi titik balik pembukaan pertemuan trilateral.