Karyawan Badan Intelijen Nasional (BIN) ditemukan tewas di mobilnya di Yongin, Provinsi Gyeonggi, Sabtu lalu (18/7/2015), kira-kira dua minggu sejak muncul kabar BIN, sebagai unit militer Korea Selatan, membeli perangkat lunak peretas dari sebuah perusahaan di Italia.
Dalam catatan tulisan tangan tiga halaman, mendiang agen yang diidentifikasi dengan nama keluarga Lim mengatakan BIN tidak pernah menggunakan program peretas untuk memata-matai warga negara Korea Selatan yang terkait dengan pemilihan, seraya menambahkan antusiasme berlebihan atas pekerjaannya tampaknya telah menyebabkan kontroversi baru-baru ini.
Partai Saenuri menyerukan agar berhati-hati dalam membesar-besarkan kecurigaan seputar BIN, sementara oposisi utama Partai Aliansi Politik Baru untuk Demokrasi-NPAD menekankan perlunya investigasi menyeluruh.
Pemimpin Fraksi Saenuri, Won Yoo-chul, memperingatkan upaya mendorong isu-isu yang terkait dengan BIN mengarah pada perselisihan politik tidak bertanggung jawab atau membuat masyarakat gugup atau takut dengan tuduhan tidak berdasar yang dilebih-lebihkan.
Sementara itu, NPAD mengatakan tuduhan mata-mata terhadap BIN menjadi lebih berkembang dengan kematian Lim. Pimpinan Fraksi NPAD, Lee Jong-kul, menyerukan menggelar penyelidikan parlemen darurat dan empat komite Majelis, termasuk komite intelijen, mengadakan dengar pendapat.
Lee juga mengatakan ide pendirian sebuah komite khusus yang akan menyelidiki tuduhan terbaru harus dipertimbangkan.
Namun, Partai Saenuri menolak permintaan NPAD untuk melakukan penyelidikan darurat.
Ketua Saenuri, Kim Moo-sung, pada hari Senin (20/7/2015), mengatakan kepada wartawan, bahwa secara hukum, semua masalah yang terkait dengan BIN harus diselesaikan melalui Komite Intelijen Majelis Nasional, seraya menambahkan bahwa hukum harus diamati.
BIN dicurigai melakukan peretasan domestik setelah sebuah e-mail Rabu lalu (15/7/2015) mengungkap bahwa badan intelijen nasional ada dalam daftar perusahaan teknologi informasi Italia, Hacking Team, untuk mengakses komputer seorang pengacara.
Seorang pejabat BIN menentang tuduhan tersebut dalam wawancara dengan KBS Kamis lalu (16/7/2015), seraya mengatakan pengacara tersebut kemungkinan merupakan "tokoh luar negeri."
Anggota parlemen oposisi, Shin Kyoung-min, menaikkan kecurigaan, seraya mencatat analisis file log Hacking Team menemukan terdapat 138 alamat Internet Protocol (IP) milik perusahaan Korea Selatan termasuk penyedia layanan telekomunikasi dan lembaga-lembaga publik.
BIN membantah tuduhan itu pada hari Senin, dan mengatakan bahwa alamat IP Korea Selatan yang ditemukan dalam file log Hacking Team yang bocor kemungkinan berasal dari komputer zombie, yang dikendalikan dari jarak jauh selama serangan distributed denial of service (DDoS) terhadap perusahaan Italia pada 4 Maret lalu.