Negosiasi perikanan antara Korea Selatan dan Jepang untuk menentukan jumlah penangkapan ikan bagi kedua negara di semester kedua tahun ini dan semester pertama tahun depan mengalami kegagalan.
Kementerian Urusan Maritim dan Perikanan menyatakan pertemuan sub-komite kedua untuk negosiasi urusan perikanan tahun 2016 yang digelar di Tokyo, Jepang mulai tgl. 22 hingga 24 Juni lalu ditutup tanpa kesepakatan apapun.
Di dalam negosiasi kali ini, Korea Selatan meminta peningkatan jumlah kuota ikan layur bagi kapal nelayan Korea Selatan sampai 5 ribu ton dari sebelumnya 2.150 ton. Ditambahkan, jika permintaan itu tidak diterima, jumlah kuota ikan tongkol bagi kapal nelayan Jepang yang menangkapnya di Zona Ekonomi Eksklusif Korea Selatan juga akan diturunkan.
Sehubungan dengan hal itu, pihak Jepang menegaskan akan mengurangi jumlah kapal nelayan Korea Selatan yang menangkap ikan layur dengan memancing di zona perairan Jepang sampai 73 unit dari 206 kapal. Sebaliknya, Korea Selatan menyatakan kedua pihak telah sepakat untuk mengurangi jumlah kapal sebesar 40 unit sampai tahun 2019 di dalam negosiasi tahun lalu, sehingga menuntut menarik permintaan tersebut.
Akibat perbedaan pandangan, negosiasi kedua pihak mengalami kegagalan, sehingga kapal-kapal nelayan Korea Selatan yang menangkap ikan di Zona Ekonomi Eksklusif Jepang harus pindah ke zona milik Korea Selatan sampai tgl. 30 Juni. Jika kapal pihak Korea Selatan melanggar hal tersebut, mereka akan ditangkap oleh kapal patroli Jepang.
Pemerintah Korea Selatan menyatakan akan membentuk tim penanggulangan darurat agar kapal nelayan Korea Selatan tidak ditangkap, dan dalam waktu dekat akan membahas kembali dengan Jepang agar penangkapan ikan dapat dilakukan kembali secara normal.