Pertemuan informal antara Korea Utara dan Amerika Serikat yang berlangsung selama 2 hari di Kuala Lumpur, Malaysia telah ditutup dengan jamuan makan malam pada hari Sabtu kemarin (22/10/2016).
Para mantan pejabat pemerintah AS dan para diplomat Korea Utara mengadakan pertemuan di ibu kota Malaysia selama dua hari mulai hari Jumat lalu. Selama pertemuan tertutup itu, pihak Korea Utara dilaporkan berulang kali menyerukan untuk menandatangani Perjanjian Perdamaian dengan AS.
Dalam pertemuan yang jarang terjadi itu, Leon Sigal dari Dewan Penelitian Ilmu Sosial AS menyampaikan keprihatinannya bahwa masalah nuklir Korea Utara saat ini semakin memburuk. Untuk itu dia menghimbau pentingnya dialog kepada pihak Korea Utara.
Lebih lanjut dia mengatakan pemerintahan berikut AS harus kembali meneliti kebijakan terhadap Korea Utara. Untuk itu Leon Sigal berpusat pada proses perkembangan di Korea Utara dalam upaya menyarankan langkah-langkah yang akan diambil terhadap Korea Utara pasca pemilihan presiden mendatang.
Pihak Korea Utara juga nampaknya menunggu reaksi Amerika Serikat, seperti kemungkinan terjadinya dialog dengan pemerintahan baru di tengah sanksi komunitas internasional terhadap Pyongyang.
Wakil Menteri Luar Negeri Korea Utara Han Song-ryol menyebut pertemuan itu sebagai kontak informal dengan para mantan pejabat pemerintah Washington.
Sementara itu harian Asahi Simbun melansir bahwa lewat pertemuan itu pihak Korea Utara ingin memeriksa kebijakan pemerintahan baru AS terhadap negara itu.
Menurut Asahi Simbun rezim Pyongyang diperkirakan akan mengusulkan pembicaraan perlucutan senjata nuklir kepada pemerintahan baru AS dan juga meminta penarikan pasukan AS dari Korea Selatan dan mengubah Perjanjian Gencatan Senjata menjadi Perjanjian Perdamaian.