Kontroversi akibat kasus pembatalan pameran patung gadis yang merupakan simbol wanita perbudakan syahwat di Jepang, kian hari semakin besar.
Seniman dan aktivis feminisme di penjuru dunia melalui jaringan sosialnya memperluas aksi protes dengan cara memotret dengan bergaya seperti patung gadis tersebut.
Para wanita dalam foto tersebut duduk di kursi dengan menatap ke depan dan kedua tangan mereka ditempatkan di atas lututnya. Mereka juga berusaha merealisasikan patung tersebut dengan menaruh sebuah kursi kosong di sampingnya.
Para peserta pameran seni internasional Jepang, Aichi Triennale 2019 dari masing-masing negara mengkritik pemerintah Jepang yang melakukan sensor atas patung gadis tersebut hingga merilis pernyataan untuk mengkritik intervensi politik pada acara seni.
Masyarakat Jepang juga ikut mengkritik pemerintahnya terkait kasus tersebut sehingga patung gadis yang menyampaikan derita korban wanita perbudakan syahwat, kembali membangkitkan demokrasi di Jepang.
Sejumlah media Jepang juga mengkritik dengan keras bahwa sikap pemerintah yang mengecualikan pendapat dan ekspresi yang berbeda dengan menggunakan kekerasan tersebut tidak boleh diterima.