Tanggal 20 Januari 2021 hari ini adalah tepat satu tahun setelah kasus COVID-19 yang pertama dikonfirmasi di Korea Selatan.
Krisis pertama COVID-19 bermula dari klaster Gereja Yesus Shincheonji di kota Daegu dan jumlah kumulatif kasus yang semula berada di angka ratusan meningkat hingga sembilan ratus kasus dalam waktu seminggu.
Protokol pencegahan dan pelacakan kontak tidak mudah dilakukan karena pihak Shincheonji tidak menyerahkan daftar umatnya dan menolak pemeriksaan COVID-19.
Rumah sakit khusus COVID-19 juga ditetapkan di kota Daegu dan Provinsi Gyeongsang Utara, lalu dokter dan perawat dari seluruh penjuru negeri berbondong-bodong datang ke daerah yang mengalami krisis penularan COVID-19 tersebut.
Namun, jumlah ranjang rumah sakit yang tersedia tidak mencukupi dan sebagian pasien tidak memperoleh perawatan di waktu yang tepat hingga akhirnya meninggal dunia. Kekhawatiran akan runtuhnya sistem medis juga turut membesar.
Masalah persediaan ranjang rumah sakit juga kembali terulang pada gelombang ketiga COVID-19 baru-baru ini. Sisa ranjang yang tersedia sempat kurang dari sepuluh unit dan ratusan pasien tidak dapat memperoleh ranjang rumah sakit di wilayah metropolitan Seoul.
Sementara itu, tempat pemeriksaan COVID-19 darurat sangat bermanfaat dalam menemukan orang tanpa gejala (OTG) di tengah gelombang ketiga COVID-19.
Aturan jaga jarak sosial yang ketat dan larangan berkumpul lebih dari lima orang juga berperan secara signifikan dalam menahan penyebaran COVID-19.
Dengan demikian, masyarakat yang mengorbankan kesehariannya dan menaati protokol pencegahan penyakit serta penderitaan pedagang dan wiraswasta kecil dinilai sebagai daya gerak untuk setiap krisis COVID-19 di Korea Selatan.