Sejumlah sarjana Jepang menerbitkan serangkaian makalah yang membantah tesis profesor studi hukum Universitas Havard, John Mark Ramseyer, yang menyebutkan wanita perbudakan syahwat oleh militer Jepang di masa perang sebagai wanita penghibur sukarela disertai penjelasan bukti sejarah terkait.
Dalam sebuah seminar virtual di Jepang pada hari Minggu (14/3/21), seorang profesor Jepang yang memegang peran penting dalam studi perbudakan syawat itu menilai bahwa makalah Ramseyer sulit untuk diakuinya sebagai tesis akademis.
Profesor sejarah modern Jepang di Universitas Chuo di Tokyo, Yoshiaki Yoshimi mengkritik makalah Ramseyer yang mengabaikan sebuah kontrak yang merupakan pelanggaran hak asasi manusia dan pengumpulan paksa perbudakan syahwat pimpinan militer dan pemerintah Jepang.
Seorang profesor lain dalam makalahnya yang dirilis pada hari itu juga melontarkan bahwa perbudakan syahwat tersebut dipimpin oleh militer Jepang, berbeda dengan wanita penghibur secara sukarela.
Sejumlah sarjana Jepang dan bahkan media utama di luar negeri telah bergabung dalam kritik atas Ramseyer, sehingga tragedi perbudakan syahwat oleh militer Jepang ini menjadi perhatian seluruh dunia.