Pergi ke Menu Pergi ke Halaman Utama
Go Top

Kumpulan Isu

Kecemasan akan Inflasi Global dan Ekonomi Korsel

2021-12-11

Warta Berita

ⓒYONHAP News

Kekhawatiran akan inflasi global tidak memudar di tengah kondisi naiknya harga minyak dan biji-bijian serta kekhawatiran akan kekacauan tambahan dalam rantai pasokan akibat munculnya varian Omicron. Dalam kondisi seperti itu, pengaruh harga barang di luar negeri terhadap ekonomi Korea Selatan dianalisis menjadi semakin besar daripada sebelumnya.


Kini variabel terbesar adalah varian Omicron. Para ahli mengkahwatirkan jika Omicron menjadi hambatan bagi ekonomi dunia yang cenderung mulai pulih, maka kemungkinan ekonomi Korea Selatan dapat berkontraksi dan stagflasi dapat terjadi. Goldman Sachs memperkirakan pertumbuhan ekonomi global pada kuartal pertama tahun depan akan turun menjadi 2% dari perkiraan sebelumnya 4,5%.


Rantai pasokan global yang telah terganggu akibat pandemi COVID-19 pun belum pulih. Beberapa negara membatasi kegiatan di dalam negerinya sehingga pabrik pun berhenti beroperasi, harga barang naik, dan pasokan bahan baku dan komponen tersendat. Setelah harga minyak dan biji-bijian melonjak dan ditambah dengan kesulitan pasokan, pemroduksian mobil pun mengalami hambatan dan semua harga barang mengalami kenaikan.


Selain itu, kenaikan berbagai biaya energi dan produksi akibat kebijakan netralitas karbon demi gerakan perlindungan lingkungan global juga memicu inflasi.

 

Yang paling terasa adalah kenaikan harga produk pertanian, termasuk bahan pangan, yang disebut juga sebagai 'agflasi'.


Organisasi Pangan dan Pertanian (FAO) menyatakan bahwa Indeks Harga Pangan Dunia tercatat sebesar 134,4 poin pada bulan November, yang tertinggi dalam 10 tahun 5 bulan. Indeks harga pangan adalah indeks yang menilai fluktuasi dengan menggunakan nilai rata-rata 100 poin dari harga pada 2014 hingga 2016 sebagai standar. Indeks itu telah mengalami kenaikan selama empat bulan berturut-turut dengan kenaikan sebesar 27,3 persen dibandingkan setahun lalu.


Kondisi itu secara langsung mempengaruhi harga barang konsumen Korea Selatan. Harga konsumen Korea Selatan pada bulan November naik sebesar 3,7 persen dibandingkan bulan yang sama tahun lalu. Harga barang kebutuhan hidup dan harga makanan segar naik masing-masing 5,2 dan 6,3 persen, sementara harga pertanian, peternakan, dan perikanan naik sebanyak 7,6 persen.


Pada bulan November, kenaikan harga makanan dan minuman, kecuali minuman alkohol, naik 5 persen dibandingkan setahun lalu dan mencatat kenaikan kelima tertinggi di antara negara-negara anggota OECD. Kenaikan seluruh harga barang di Korea Selatan ini tercatat di urutan ke-23 dari antara negara-negara OECD.


Bank Sentral Korea (BOK) menganalisis koefisien korelasi antara tingkat inflasi global dan tingkat kenaikan harga barang domestik meningkat menjadi 0,78 persen pada tahun 2010 hingga 2021, dari sebelumnya 0,28 persen pada tahun 2000 hingga 2007. Artinya, harga barang lokal lebih sensitif terhadap harga global. Menurut BOK, sebelumnya, jika harga barang global naik 1 persen poin, maka harga barang lokal naik 0,1 persen, tetapi sekarang, harga barang lokal naik sebesar 0,26 persen poin.


Oleh sebab itu, kenaikan harga barang konsumen tahunan kemungkinan melampaui proyeksi BOK hingga 2,3 persen pada tahun ini. Angka itu lebih tinggi daripada target pemerintah, yaitu 1,8 persen dan target pengontrolan BOK sebesar 2 persen. Para pakar memandang kondisi saat ini telah mendekati kondisi stagflasi, sehingga BOK terpaksa menaikan suku bunga akibat kenaikan harga barang.

Pilihan Editor

Close

Situs kami menggunakan cookie dan teknologi lainnya untuk memberikan Anda layanan yang lebih baik. Dengan terus menggunakan situs ini, Anda menyetujui penggunaan teknologi ini dan kebijakan kami. Detail >