Pergi ke Menu Pergi ke Halaman Utama
Go Top

Kumpulan Isu

Abe Mengklaim Pembatasan Ekspor Ke Korea Selatan Sesuai Perjanjian WTO

2019-07-02

Warta Berita

ⓒYONHAP News

Melihat dari jenis dan gaya pembatasan ekspor ke Korea Selatan, tindakan Jepang diambil setelah perhitungan yang sangat teliti. Jepang memilih jenis material yang bisa memberi pengaruh besar pada perekonomian Korea Selatan meskipun jumlah dan nilainya kecil. Terlebih lagi, Tokyo memilih jalan yang sebisa mungkin menghindari pelanggaran perjanjian di organisasi perdagangan dunia, WTO.


Peraturan ekspor yang lebih keras akan berlaku bagi tiga material yang sering digunakan dalam produk berteknologi tinggi. Ini termasuk fotoresis yang harus digunakan untuk produksi semikonduktor dan display. Hidrogen fluorida dengan kemurnian tinggi (gas etsa) merupakan bahan utama untuk proses etsa dan proses pembuatan pola sirkuit semikonduktor. Polimida berfluorinasi banyak digunakan untuk produksi ponsel pintar, LCD untuk TV dan papan sirkuit cetak untuk ponsel (PCB).


Tokyo menentukan tiga bahan baku itu dalam tindakan pengontrolan ekspornya, karena ketergantungan perusahaan Korea Selatan terhadap tiga bahan itu sangat tinggi. Pada tahun 2018, jumlah impor fotoresis produk Jepang tercatat mencapai 93,2%. Sementara impor polimida berfluorinasi dan hidrogen fluorida dengan kemurnian tinggi (gas etsa) produk Jepang masing-masing menguasai di 84,5% dan 41,9%. Volume impor tahunan dari tiga material itu tidak sampai 500 miliar won. Namun demikian, jumlah ekspor semikonduktor dan display Korea Selatan yang bisa terkena pukulan akibat pembatasan ekspor tersebut, akan menembus 170 triliun won. Jepang sudah memperhitungkan bahwa tindakan yang kecil itu bisa memberi imbas yang besar.


Terlebih Tokyo membungkus diri mereka seolah-olah mereka tidak mencederai prinsip perdagangan bebas, dengan membebaskan Korea Selatan dari perlakuan istimewa. Pemerintah Jepang sejauh ini menetapkan 27 negara sebagai tempat yang aman, dimana negara-negara tersebut telah dibebaskan dari izin ekspor untuk barang-barang ini. Korea Selatan akan dilepaskan dari daftar negara tersebut. Dalam hal ini, pemerintah Tokyo menjelaskan bahwa hubungan kepercayaan antara Jepang dan Korea Selatan telah dirugikan secara signifikan. Tampaknya, Tokyo secara tidak langsung mengakui pembatasan ekspor tersebut sebagai tindakan balasan dari serangkaian keputusan pengadilan Korea Selatan yang memerintahkan perusahaan Jepang untuk memberikan ganti rugi kepada korban kerja paksa pada masa perang.


Di tengah ketegangan kedua negara yang meningkat, sektor industri kebingungan, karena perusahaan-perusahaan sangat khawatir terhadap gangguan produksi dan ekspor. Ini disebabkan karena perusahaan lokal belum memiliki jalan keluar yang tepat. Tidak adanya bahan alternatif dan tingginya pangsa pasar Jepang di dunia, berarti terdapat kesulitan dalam mendiversifikasi pasar impor. Meskipun begitu, di satu sisi, optimisme secara perlahan-lahan muncul. Salah satunya adalah sebuah pandangan penuh harapan bahwa pemerintah Jepang tidak sungguh-sungguh akan memberlakukan pembatasan ekspor, mengingat dampak lanjutnya yang begitu besar. Selain itu, jika situasinya tidak berkepanjangan, ini malah bisa menjadi peluang bagi perusahaan lokal. Ada kemungkinan untuk menghabiskan stok yang terakumulasi di Korea akibat resesi industri semikonduktor global. Ditunjukkan juga bahwa untuk jangka panjang, pengetatan ekspor bahan baku tersebut harus dijadikan peluang untuk meningkatkan tingkat lokalisasi peralatan dan bahan baku.

Pilihan Editor

Close

Situs kami menggunakan cookie dan teknologi lainnya untuk memberikan Anda layanan yang lebih baik. Dengan terus menggunakan situs ini, Anda menyetujui penggunaan teknologi ini dan kebijakan kami. Detail >