Pergi ke Menu Pergi ke Halaman Utama
Go Top

Kumpulan Isu

Korea Utara Kembali Tembakan Dua Proyektil yang Diasumsikan sebagai Rudal Jarak Pendek

2019-07-25

Warta Berita

ⓒYONHAP News

Korea Utara kembali meluncurkan rudal pada hari Kamis (25/7/19). Sebelumnya pada tanggal 23 Juli, Pemimpin Korea Utara Kim Jong-un dilaporkan melakukan inspeksi terhadap kapal selam yang baru dibuat. Korea Utara juga secara mendadak menolak bantuan kemanusiaan Korea Selatan dalam bentuk beras. Selain itu, Korea Utara telah menyampaikan bahwa Menteri Luar Negeri Ri Yong-ho tidak akan hadir dalam Forum Keamanan ASEAN. Ini berarti bahwa pertemuan antara Menteri Ri dengan rekannya dari Amerika Serikat (AS) Mike Pompeo tidak akan terwujud. Pyongyang tampaknya memilih aksi militer, bukan dialog.


Korea Utara dianggap memaparkan aksi militer tersebut sebagai tanggapan jangka pendek atas latihan militer bersama Korea Selatan dan AS. Dalam pertemuan puncak dadakan antara Korea Utara dan AS di desa perbatasan Panmunjeom pada tanggal 30 Juni, keduanya pada saat itu telah sepakat akan melanjutkan pembicaraan tingkat kerja dalam waktu 2 hingga 3 minggu. Batas waktu pembicaraan tersebut sudah berlalu. Ada yang berspekulasi bahwa Korea Utara menggunakan kembali taktik tradisionalnya dengan mengangkat ketidaksetujuannya terhadap latihan militer gabungan Korea Selatan dan AS. Dengan kata lain, Pyongyang menghindari pertemuan tingkat tinggi, sekaligus meningkatkan provokasinya.


Korea Utara sebelumnya menembakkan rudal jarak pendek pada tanggal 9 Mei. Negara komunis itu melakukan provokasi di tengah dialog denuklirisasi antara Korea Utara dan AS yang tersendat. Setelah itu, pertemuan dadakan dari para pemimpin kedua negara diadakan dan hingga saat ini keduanya dilaporkan tengah melakukan pembicaraan mengenai jadwal dan tempat pelaksanaan pembicaraan tingkat kerja. Namun, Korea Utara memang mengubah arah kebijakannya dari dialog menjadi aksi militer, dengan memprotes keras latihan militer gabungan yang akan diadakan pada bulan Agustus. Dalam latihan ini, Korea Selatan dan AS akan memeriksa kemampuan pasukan militer Korea Selatan untuk mengambil alih hak kontrol pada masa perang (OPCON). Korea Utara mengklaim bahwa latihan gabungan ini merupakan pengingkaran janji antara para pemimpin kedua Korea dan juga memberikan dampak pada pembicaraan tingkat kerja antara Korea Utara dan AS.


Kemudian inspeksi pemimpin Kim terhadap kapal selam yang baru dibuat dan peluncuran rudal terjadi secara bertahap. Dalam prosesnya, muncul tindakan lanjutan, seperti penolakan pemberian bantuan beras dari Korea Selatan dan absennya menteri luar negeri Korea Utara dalam forum keamanan ASEAN. Singkatnya, Pyongyang berniat untuk menangguhkan dialog untuk sementara waktu dengan meningkatkan konflik. Sehubungan dengan hal itu, dapat dikatakan bahwa Korea Utara memang membutuhkan waktu yang cukup. Sebenarnya Pyongyang mengalami perubahan sosok-sosok untuk pembicaraan dengan AS, menyusul kegagalan pertemuan puncak antara Korea Utara dan AS di Hanoi. Namun mengingat bahwa mereka masih memerlukan waktu, tampaknya Korea Utara belum menyelesaikan strategi untuk berdialog. Diyakini bahwa negara itu belum menyusun konsep denuklirisasi yang lengkap dan terverfikasi yang diminta oleh AS. Diperkirakan pula bahwa mereka masih belum menyimpulkan posisinya tentang apa yang akan diminta sebagai imbalan yang sesuai. Dengan demikian, Korea Utara tampaknya tengah mengatur strateginya dengan menghindari dialog sembari menekan AS. Dalam situasi ini, pasti akan dibutuhkan waktu lebih untuk memulai kembali dialog, meskipun konflik yang menyeluruh tidak akan terjadi.

Pilihan Editor

Close

Situs kami menggunakan cookie dan teknologi lainnya untuk memberikan Anda layanan yang lebih baik. Dengan terus menggunakan situs ini, Anda menyetujui penggunaan teknologi ini dan kebijakan kami. Detail >