Utusan khusus kepresidenan China, Song Tao telah mengakhiri tur empat hari ke Korea Utara. Lawatan ke Korea Utara oleh Kepala urusan Internasional Partai Komunis China tersebut dipandang memiliki makna signifikan karena dipercayai dapat memperbaiki hubungan kedua aliansi komunis yang membeku. Namun perjalanan Song ke Pyongyang tampaknya hanya mencapai separuh kesuksesan, tidak sejalan dengan ekspektasi untuk menemukan titik tolak dalam penyelesaian masalah nuklir Korut. Terlebih, dalam tur Song ke Korut, perhatian tertuju pada kemungkinan pertemuan antara utusan China dan pemimpin Kim Jong-un. Namun tidak dipastikan apakah pertemuan itu terjadi.

Sementara itu, pada tgl. 20 November, Presiden Donald Trump menetapkan kembali Korea Utara sebagai negara penyokong terorisme, 9 tahun setelah negaranya dihapus dari daftar pada tahun 2008. Faktanya, Langkah ini juga dipahami sebagai niat pemerintahan Trump untuk menutup segala celah yang bisa membantu rezim Kim Jong-un mengembangkan senjata nuklir dan mendukung tindakan terorisme internasional.

AS dan China baru-baru ini berselisih kembali akibat tuntutan Beijing agar Korea Selatan dan AS menghentikan latihan militer gabungan mereka sebagai imbalan atas penghentian provokasi nuklir dan rudal Korea Utara. Negara-negara yang terlibat sedang bergabung dalam serangkaian kegiatan diplomatik untuk menangani masalah nuklir. Harus dilihat apakah serangkaian pertemuan diplomatik terkait masalah nuklir mungkin akan menyediakan momentum demi meredakan ketegangan di Semenanjung Korea.