Presiden AS Donald Trump mengumumkan strategi keamanan nasionalnya pada tgl. 18 Desember, dengan menyebut bahwa AS menghadapi dunia berbahaya yang ekstrim dan akan selalu memprioritaskan hak dan kepentingan nasional AS. Strategi keamanan pemerintah AS yang baru dianggap sebagai ‘Doktrin Trump’ yang mengklaim kebijakan ‘First Amerika’ atau ‘utamakan Amerika’ dan keamanan ekonomi.

Pada dokumen setebal 68 halaman itu, kata ‘Korea Utara’ muncul sebanyak 17 kali. Hal ini mengindikasikan bahwa pemerintahan Trump memandang Korut sebagai isu yang sangat serius. Laporan itu mengkritik Korea Utara yang menghabiskan ratusan juta dolar untuk senjata nuklir, kimia dan biologi di atas kelaparan berat warganya. AS menyatakan akan menanggapi ancaman Korut dengan kekuatan yang luar biasa dan meningkatkan tindakan yang dapat mendorong denuklirisasi di Semenanjung Korea. Dalam dokumen itu, AS menunjuk China dan Rusia sebagai ‘revisionis’ dan negara-negara tersebut mengikis nilai demokrasi dan merongrong tatanan internasional yang dipimpin oleh AS. China digambarkan sebagai pesaing dan mengisyaratkan niatnya untuk tetap mengawasi China.

Dalam strategi keamanan nasional baru, AS menunjukkan China dan Rusia sebagai negara pesaing dan kekuatan revisionis, dan menempatkan Korea Utara dalam kategori rezim nakal. Dalam situasi seperti ini, jika Korut melanjutkan pengujian misil lain dalam upaya mempertegas kekuatan nuklirnya, maka akan lebih sulit untuk mengharapkan dilaog, dan keamanan wilayah akan tidak stabil lagi.

Berdasarkan pandangan dan kepentingan negara-negara yang terlibat konfrontasi atas masalah nuklir Korut, Pesta olahraga Musim dingin PyeongChang mendatang diharapkan akan memberi petunjuk solusi untuk masalah keamanan.