Olimpiade Musim Dingin PyeongChang telah memasuki tahap terakhirnya. Ajang olahraga global tahun ini sudah memberikan momentum yang penting untuk rekonsiliasi antara Korea Selatan dan Korea Utara sebagai hasil keikutsertaan Korea Utara dalam Olimpiade dan membentuk tim hoki es gabungan antarKorea.

Dengan munculnya dialog antara Korea Utara dan AS sebagai isu utama dalam diplomasi regional pasca Olimpiade, kedua pihak terlibat dalam perang verbal yang sengit. Nampaknya AS membuka kemungkinan berdialog dengan Korea Utara, sementara tetap menunjukkan komitmennya guna menerapkan sanksi berat atas Korea Utara. Sementara itu, harian Rodong Sinmun Korea Utara membantah kemungkinan pembicaraan dengan AS, menyebut bahwa Korea Utara telah melakukan segala hal yang diperlukan dan memiliki segalanya, jadi tidak harus berdialog dengan AS.

Di tengah Korea Utara dan AS mempertahankan posisi masing-masing dan hanya mempelajari strategi pihak lain, Korea Selatan harus berhati-hati. Dalam sebuah pertemuan dengan wartawan Korea dan juga luar negeri di press center, PyeongChang pada tgl. 17 Februari, Presiden Korea Selatan Moon Jae-in menunjukkan ekspektasinya bagi hubungan antarKorea yang lebih baik dan menghimbau perlunya dialog antara Korea Utara dan AS. Mengenai kemungkinan pertemuan puncak antarKorea, dia menggambarkan pandangannya dengan menggunakan sebuah pepatah Korea berbunyi ‘Jangan menghitung ayam, sebelum mereka menetas’. Artinya jangan memandang hasilnya terlebih dahulu.

Upacara pembukaan Olimpiade PyeongChang memberikan titik tolak penting bagi perbaikan hubungan antarKorea. Perhatian beralih ke apakah keamanan wilayah akan menunjukkan perubahan positif serupa pada saat upacara penutupan Olimpiade. Sementara itu, peranan diplomatik Korea Selatan dalam menengahi Korea Utara dan AS menjadi semakin penting.