Presiden Korea Selatan Moon Jae-in dan mitranya dari AS Donald Trump menggelar pertemuan mereka yang keempat, di Washington pada tgl.22 Mei waktu setempat. KTT itu mendapat sorotan hangat karena terjadi pada saat Korea Utara menunjukkan sikap garis keras sebelum pertemuan dengan AS yang direncanakan berlangsung pada tgl.12 Juni.

Dalam KTT tersebut, Moon dan Trump bertukar pandanga mengenai perubahan sikap Korea Utara dan cara untuk mengurangi kegelisahan terkait keamanan rezim sebagai akibat denuklirsasi. Keduanya juga sepakat akan terus bekerja sama erat untuk kesuksesan KTT antara Korea Utara dan AS. Presiden Moon mengungkapkan tidak perlu meragukan keinginan Pyongyang untuk menggelar KTT dengan AS. Moon membuat pernyataan itu sebagi langkah nyata untuk menghilangkan kekhawatiran atas ketidakpastin yang berkembang mengenai KTT Korea Utara dan AS. Sebagai tanggapan, presiden Trum menyampaikan ‘Model Trump’ yang merujuk pada solusi cepat masalah.

Mengenai denuklirsasi Korea Utara, pemerintahan Trump sejauh ini mempertimbangkan solusi gaya Libya untuk denuklirsasi terlebih dahulu dan imbalan kemudian. Tentunya Korea Utara menolak atas keputusan sepihak memaksa pembuangan nuklir. Sebagai alternatif, ‘model Trump’ mengambil bentuk kesepakatan dalam kerangka yang luas tetapi berupaya untuk bertukar pembongkaran nuklir dan imbalan dalam waktu sependek mungkin. Rencana itu sepertinya lebih fleksibel daripada solusi sebelumnya. Namun demikian, Trump mengatakan pembicaraan itu dapat ditunda jika kondisinya tidak dipenuhi. Ini merupakan untuk pertama kalinya bahwa Trump menyinggung kemungkinan penundaan atau pembatalan KTT antara Korea Utara dan AS.

Trump menyebutkan kemungkinan kemunduran KTT antara Korea utara dan AS untuk menunjukkan prinsip Washington tentang denuklirsasi pebuh Korea Utara. Namun Trump juga mengatakan AS akan menjamin keamanan dan kemakmuran rezim Korea Utara jika Pyongyang sepenuhnya melakukan denuklirsasi sendiri. Saat ini kendali bola ada di tangan pemimpin Korea Utara.