Satu bulan sudah berlalu sejak pertemuan puncak antara pemimpin AS dan Korea Utara. KTT di pulau Sentosa Singapura meningkatkan banyak ekspektasi karena pemimpin dua negara yang bermusuhan selama 68 tahun akhirnya mencapai kesepakatan yang signifikan. Korea Utara dan AS sepakat dalam proses denuklirsasi, jaminan keamanan dan pembangunan hubungan antar-negara yang baru. 

Kesepakatan pada hasil KTT menghasilkan tujuan yang abstrak. Namun banyak yang berspekulasi bahwa Washington dan Pyongyang dapat mempercepat perundingan negosiasi mereka pada pembicaraan tindak lanjut. Ekepektasi itu lebih meningkat ketika Korea Selatan dan AS membuat keputusan untuk menangguhkan beberapa latihan militer gabungan mereka. Menteri Luar Negeri AS Mike Pompeo juga berkunjung ke Korea Utara dalam 20 hari pasca KTT tersebut. Namun banyak pengamat mengatakan bahwa kunjungan tersebut jauh dari harapan mereka. 

Dalam pembicaraan terbaru, AS dan Korea Utara menunjukkan perbedaan besar pada isu kunci denuklirsasi. Pyongyang memprioritaskan jaminan keamanan untuk rezimnya dan meminta agar kedua negara mengumumkan berakhirnya Perang Korea pada kesempatan peringatan 65 tahun gencatan tgl.27 Juli. Namun AS menyebutkan tiruan pengembangan ekonomi Vietam sebagai kompensasi dari denuklirsasi Korea Utara. AS ingin membahas beberapa dorongan terlebih dahulu, dengan keyakinan bahwa langkah-langkah denuklirsasi Pyongyang tidak mencukupi. Meskipun mereka gagal untuk menemukan kompromi, mereka mungkin akan tetap melanjutkan momentum dialog. Muncul kritik dari Pyongyang atas AS, namun presiden Trump mengatakan bahwa dirinya tetap mempercayai komitmen pemimpin Korea Utara Kim Jong-un. 

Korea Utara pada tgl.7 Juli mengatakan bahwa mereka masih memiliki kepercayaan pada presiden Trump. Ketika keduanya mengatakan kepercayaan mereka satu sama lain, kuncinya adalah bagaimana mereka akan menemukan urutan dan metode denuklirsasi yang akan menyenangkan kedua pihak.