Seorang dokter sedang merawat seorang pasien di Klinik Pengobatan Timur Chin, yang terletak di wilayah Seongdong-gu, Seoul. Park Ji-na, direktur klinik itu, adalah seorang pelarian dari Korea Utara yang masuk ke Korea Selatan pada tahun 2007. Park Ji-na pernah menjadi siswa ranking satu dari SD hingga SMA. Oleh karena itu, dia bisa masuk ke universitas yang dia inginkan. Dia memutuskan untuk masuk ke sekolah medis untuk mengikuti harapan ayahnya.
Namun kenyataan jauh berbeda dengan yang dia harapkan. Pada saat itu, wabah penyakit infeksi menular menyerang Korea Utara dimana banyak orang meninggal dunia karena kelaparan. Sayangnya, obat-obatan yang memadai sangat kurang dan bahkan rumah sakit tidak bisa memberikan suntikan kepada pasien. Park sedih dan kecewa atas lingkungan medis yang miskin itu.
Setelah 10 tahun berlalu untuk menjalankan praktek kedokteran, Park melintasi perbatasan ke Cina untuk mewujudkan impiannya. Hidupnya di Cina tidak mudah, karena dia tidak dapat memahami bahasa Cina. Dia bekerja di restoran untuk menghidupi dirinya. Setelah melewati banyak kesulitan, dia masuk ke Korea Selatan. Tapi untuk menciptakan impiannya sebagai dokter di Korea Selatan, dimana karirnya di Korea Utara tidak diakui, juga tidak mudah. Dia harus mengikuti kembali ujian nasional. Meskipun dia tidak tahu mengenai ujian di sini, namun dia terus belajar keras dan hasilnya dia lulus ujian. Dia juga masih ingat saat yang sangat menggembirakan ketika membuka kliniknya.