Pergi ke Menu Pergi ke Halaman Utama
Go Top

Sejarah

Hasrat terhadap kebebasan dan budaya AS

2015-01-27

Hasrat terhadap kebebasan dan budaya AS
Setelah Perang Korea selesai, perubahan terjadi di mana-mana. Hasrat pribadi bagi kebebasan semakin membesar, dan budaya AS yang masuk cepat membuat masyarakat resah.

Pada tahun 1954, novel 'Madame Freedom' menimbulkan sensasi besar di masyarakat Korea. Novel itu dimuat Jung Bi-suk di surat kabar sebagai novel berseri sejak bulan Januari tahun 1954. Novel 'Madame Freedom' menceritakan seorang isteri profesor yang mencari cinta baru, namun perilakunya yang tidak wajar sebagai isteri bersuami dalam mencari cinta memberikan dampak besar. Karenan novel itu, masyarakat Korea cukup lama diselimuti kontroversi 'Madamme Freedom.‘ Akhirnya, ‘Madamme Freedom' dibuat menjadi film pada tahun 1956, yang memperoleh ketenaran yang luar biasa. Namun, masih ada kekacauan pada moralitas tradisional dengan masuknya budaya AS yang dilambangkan dengan dansa.

Masyarakat Korea setelah pasca perang menerima budaya AS dengan cepat. Di jalan, muncul papan nama berbahasa Inggris, dan merek-merek berbahasa Inggris cukup banyak dalam produk sehari-hari masyarakat Korea. Di dalam lagu pop Korea pun, lirik berbahasa Inggris mudah ditemukan. Lagu-lagu yang menggabungkan dengan irama baru juga bermunculan. Lagu pop berirama tango, mambo, blues, dll membuat orang-orang merasa terhibur. Karenanya, di sisi lain, ada kalangan yang mengkhawatirkan masuknya budaya AS secara serampangan, sehingga muncul lagu pop Korea yang mengkritik kecenderungan yang meniru AS. Di tengah kondisi seperti itu, ada kelompok yang membentuk budaya populer lain. Itu tiada lain adalah pementasan yang digelar pemerintah untuk menghibur masyarakat yang jiwanya menderita akibat perang.

Pada tahun 1957, terdengar sebuah berita yang menyenangkan dunia perfilman Korea Selatan. Sebuah film berjudul 'Hari Pernikahan' yang menceritakan proses pernikahan putri Maeng Jinsa menerima hadiah komedi khusus di Festival Film Asia.

Sementara, kontes pertama pemilihan wanita paling cantik yang disebut Miss Korea digelar di Myeongdong Seoul pada tahun 1957. Kontes tersebut digelar untuk memilih wanita yang akan mewakili Korea Selatan dalam kontes Miss Universe yang digelar di AS, dan sebagai hasilnya, seorang wanita bernama Park Hyun-ok terpilih sebagai Miss Korea pertama.

Di Asian Games Tokyo ke-3 pada tahun 1958, atlet maraton Lee Chang-hoon memenangkan medali emas. Sebagai penawar kesedihan karena tidak ikut hadir di pertandingan Asia karena Perang Korea, dia menang dengan memperpendek rekor Korea, 48 detik lebih cepat. Seluruh masyarakat Korea yang menyaksikan pertandingan itu merasakan duka sejarah menyedihkan yang dimulai sejak masa penjajahan Jepang, berangsur-angsur semakin menghilang.

Masyarakat Korea pasca perang...Orang-orang saling menghibur luka hati diri akibat peperangan, menjalani kehidupan dengan mengatasi kelaparan dan kemiskinan, serta menenangkan kekacauan sosial dan budaya. Tahun 1950-an adalah saat terjadi kekacauan akibat bertemunya sesuatu yang kuno dengan sesuatu yang baru.. Namun, di tengah situasi kekacauan itu, Republik Korea semakin menaikkan bendera 'berdirinya kembali negara' yang penuh dengan harapan.

Pilihan Editor

Close

Situs kami menggunakan cookie dan teknologi lainnya untuk memberikan Anda layanan yang lebih baik. Dengan terus menggunakan situs ini, Anda menyetujui penggunaan teknologi ini dan kebijakan kami. Detail >