Di usia 18 tahun, Jeon Tae-il mendapatkan pekerjaan pertamanya di Pasar Pyeonghwa, yang terletak di tepi aliran Sungai Cheonggyecheon. Ia bekerja sebagai “shida,” sebutan bagi pekerja magang atau pesuruh. Di masa itu Pasar Pyeonghwa dikenal sebagai pusat perdagangan garmen terbesar di Korea. Namun kondisi pekerja di sana sangat mengenaskan. Para remaja, terutama remaja perempuan, sering kali bekerja menggunakan mesin jahit di ruangan yang penuh debu tanpa ventilasi. Pasar Pyeonghwa melambangkan sisi gelap dari perkembangan ekonomi Korea Selatan yang begitu pesat di masa itu.

Agar dapat memperbaiki kondisi kerja para buruh di Pasar Pyeonghwa, Jeon Tae-il mempelajari lebih dalam mengenai hukum perburuhan. Ia juga melakukan survei kepada 126 buruh mengenai kondisi kerja di Pasar Pyeonghwa yang sebenarnya dan menyerahkan laporan tersebut kepada Kantor Pusat Pasar Pyeonghwa. Tetapi, tidak ada satu pun permintaan mereka yang dipenuhi.

Tidak ditegakkannya Undang-Undang Tenaga Kerja menyulut amarah Jeon Tae-il. a akhirnya memutuskan untuk melakukan pembakaran simbolis UU Standar Tenaga Kerja secara publik. Pada tanggal 13 November 1970 pukul 1.30 siang, Jeon Tae-il mengguyur tubuhnya dengan bensin, lalu membakar diri.

Tidak lama setelah Jeon Tae-il dimakamkan, Serikat Buruh Nasional Cabang Pekerja Garmen Cheonggye dibentuk, yang dipandu oleh para sahabat Jeon Tae-il dan ibunya, Lee So-seon. Di tahun 1970-an, sekitar 2.500 serikat buruh didirikan di seluruh negeri. Perjuangan hak buruh menjadi isu sosial yang diakui oleh masyarakat, dan menjadi katalis gerakan buruh terbesar di Korea, Gerakan Buruh 1987.