Seorang ahli demografi Amerika Serikat mengatakan, unifikasi antara dua Korea tidak akan banyak membantu rendahnya angka kelahiran Korsel, namun sebaliknya akan menjadi jauh lebih rendah.
Elizabeth Hervey Stephen, seorang profesor demografi di Universitas Georgetown, membuat penilaian pada hari Senin (18/8/2014) di Washington dalam sebuah seminar Pusat Studi Strategis dan Internasional.
Memakai Jerman sebagai contoh, dia mengatakan unifikasi Semenanjung Korea kemungkinan akan membuat penurunan tajam dalam angka kesuburan, atau sebuah “guncangan kelahiran”, karena itu akan menurunkan angka kelahiran Korut.
Stephen mengungkapkan bahwa dalam proses unifikasi, Jerman Barat dan Timur terlihat jatuh angka kesuburannya. Khususnya, Jerman Timur, yang memiliki angka kesuburan lebih tinggi dibandingkan Jerman Barat sebelum unifikasi, tampak mengalami penurunan lebih rendah dari pada angka Jerman Barat sebelum keduanya bersatu.
Stephen mengutip, total angka kesuburan Jerman Timur jatuh dari 1,57 anak per wanita di tahun 1989 ke 0,9 anak di tahun 1991.
Dia juga menambahkan pergolakan sosial, ekonomi dan politik yang mengikuti unifikasi akan berdampak besar bagi Korea Utara. Hal tersebut juga akan memengaruhi kedua pihak, dan akhirnya menyebabkan angka kelahiran yang lebih rendah.