Pakar AS urusan Asia mengatakan Perdana Menteri Jepang, Shinzo Abe, kemungkinan menghadapi perlawanan jika mengunjungi Washington pada bulan Mei untuk menyampaikan pidato pada sidang gabungan Kongres.
Larry Niksch, mantan spesialis urusan Asia bersama Badan Riset Kongres dan anggota senior di Pusat untuk Studi Strategis dan Internasional, pada hari Kamis (12/2/2015), mengatakan Kongres AS tampaknya tidak menyambut pidato Abe pada sesi bersama karena masalah sejarah perang Jepang.
Presiden dan CEO Yayasan Mansfield, Frank Jannuzi, mengatakan akan sulit bagi Abe menyampaikan pidato sebelum negosiasi Kemitraan Trans-Pasifik (TPP) ditandatangani, revisi pedoman kerja sama pertahanan AS-Jepang selesai, dan Jepang menyatakan sikap yang jelas tentang sejarah perangnya. Jannuzi adalah mantan direktur kebijakan untuk Komite Hubungan Luar Negeri Senat AS.
Dennis Halpin, pakar tamu di Institut AS-Korea di Sekolah Studi Lanjutan Internasional di Universitas Johns Hopkins, menyebutkan bahwa pada tahun 2006, Perdana Menteri Junichiro Koizumi berusaha menyampaikan pidato pada sidang gabungan Kongres. Halpin mengatakan kepala Gedung Komite Hubungan Internasional, Henry Hyde, mengirim surat kepada Ketua DPR AS, Dennis Hastert, dan mengusulkan untuk memungkinkan Koizumi berbicara di Kongres dengan kondisi ia tidak mengunjungi Kuil Yasukuni yang kontroversial.
Halpin mengatakan ketua DPR, dan bukan Gedung Putih, memiliki kekuasaan untuk memutuskan siapa yang akan berbicara di Kongres. Dia menekankan jika Abe memiliki rencana mengunjungi Kuil Yasukuni di masa depan, ia harus menunda rencananya menyampaikan pidato di Kongres AS.