New York Times mengabarkan proses pembuatan film berjudul "Guihyang" atau “Spirits’ Homecoming” pada hari Senin (25/3/2015) yang menceritakan kisah nenek yang dipaksa menjadi wanita penghibur paksa bagi tentara Jepang bersama lukisan korban nenek wanita penghibur paksa Gang Il-chul yang menjadi simbol film tersebut.
Dalam berita berjudul 'luka perang dalam film Korea,' NYT menjelaskan banyak orang tidak mau membuat film tentang wanita penghibur paksa ketika sutradara Cho Jung-rae merencanakan membuat film tersebut 10 tahun lalu dari gagasan lukisan nenek Gang karena akan menerima dampak besar.
Namun, pembuatan film itu menjadi lebih dipacu karena sikap pemerintah Jepang belakangan ini yang ingin kembali mengevaluasi Pernyataan Kono dan menolak permintaan maaf kepada wanita penghibur paksa.
Menurut NYT, pihak produsen hanya mengumpulkan 20% dari seluruh biaya produksi film, namun donasi bagi film itu semakin banyak terkumpul, baik dari dalam negeri Korea Selatan maupun dari Jepang dan AS.
Ditambahkannya, pihak produsen berencana membuka sebagian atau seluruh adegan film tersebut pada tanggal 15 Agustus mendatang ketika PM Abe berpidato merayakan 70 tahun kekalahan Jepang di Perang Dunia Kedua.
NYT menambahkan makna politis pada pembuatan film tersebut, karena film itu dibuat dengan upaya dari warga Korea Selatan dan warga AS keturunan Korea Selatan untuk memperkenalkan masalah wanita penghibur paksa.