Kementerian luar negeri Amerika Serikat mengomentari soal wanita penghibur paksa militer Jepang di masa perang, dan mengatakannya sebagai perdagangan perempuan untuk tujuan perbuatan seksual.
Jubir kementerian menyinggung hal itu sebagai respons atas pernyataan Perdana Menteri Jepang, Shinzo Abe, dalam wawancara dengan The Washington Post, bahwa korban wanita penghibur adalah korban perdagangan manusia. Ditegaskannya, kebijakan Amerika soal wanita penghibur tidak mengalami perubahan.
Dalam pernyataannya, kementerian luar negeri Washington ditafsirkan berupaya lebih mengakurasikan sifat kasus itu, dengan melepaskan pernyataan ambigu tanpa tujuan dan subyek, seperti perdagangan manusia.