Sekelompok anggota parlemen AS mendesak Perdana Menteri Jepang, Shinzo Abe, meminta maaf secara resmi atas sejarah perang Jepang, termasuk perbudakan syahwatnya.
Dalam surat yang ditandatangani bersama, sebanyak 25 anggota parlemen menyerukan Perdana Menteri Jepang untuk jujur mengakui sejarah masa lalu dan "secara resmi menegaskan kembali dan memvalidkan pernyataan kesimpulan" permintaan maaf di Pernyataan Murayama dan Kono. Para legislator itu mengatakan kedua pernyataan tersebut mewakili "bab penting dalam upaya Jepang memperbaiki hubungan dengan tetangga-tetangganya."
Kelompok anggota parlemen itu terdiri dari 17 anggota Demokrat, termasuk Mike Honda dan Charles Rangel, serta delapan dari Republik, seperti Ketua Komite Urusan Luar Negeri DPR AS, Ed Royce.
Langkah kelompok ini diperkirakan memiliki dampak signifikan karena dilakukan dua hari menjelang kunjungan Abe ke AS.
Abe kemungkinan menghadapi tekanan besar untuk merefleksikan dan meminta maaf sejarah perang Jepang masa lalu saat berpidato dalam sidang gabungan DPR dan Senat AS pada Rabu depan (29/4/2015).