Anggota majelis rendah AS asal Partai Demokrat AS, Michael Honda, mengkritik keras PM Abe yang tidak menyesal atas perekrutan wanita penghibur paksa saat pidatonya di depan parlemen AS.
Honda mengeluarkan pernyataan segera setelah pidato PM Abe. Dalam pernyataannya, Honda menyatakan PM Abe tidak menyesali tindakan kriminal sistematis pasukan Jepang yang terkait 'wanita penghibur paksa.' Hal itu disebutnya sebagai bentuk melepas tanggung jawab dan juga memalukan.
Media utama AS dan Inggris juga mengkritik pidato PM Abe yang tidak menampilkan permintaan maaf atau mengungkap jelas tindakan keganasan saat perang seperti pada wanita penghibur paksa.
Washington Post mengeluarkan tulisan dalam blog khusus diplomasi 'World View,' yang mengatakan Abe menyampaikan belasungkawa atas korban pasukan AS. Namun, hal itu tidak membuatnya terbebas dari kritikan dunia internasional karena reaksi dunia terhadap isi pidato Abe sangat dingin.
Wall Street Journal juga memberitakan PM Abe tidak menggunakan kata 'permintaan maaf' dan hanya mengatakan mendukung komentar pemerintahan sebelumnya. Ini membuat ketegangan dengan Korea Selatan semakin meningkat. Menurut kantor berita AP dan Reuters, PM Abe hanya menyinggung perang yang mereka cetuskan tanpa langsung meminta maaf.
Harian Inggris, Guardian, memberitakan masalah sejarah bagi PM Abe bisa menjadi masalah pribadi karena kakeknya adalah penjahat perang. Telegraph juga mengkritik PM Abe yang tidak meminta maaf atas tindakan keras yang terjadi saat perang.