Pidato Perdana Menteri Jepang, Shinzo Abe, tentang sejarah di sesi gabungan Kongres Amerika Serikat menuai kritikan publik, baik dari dalam negeri Jepang maupun AS.
Steve Israel, anggota majelis rendah AS, yang mendesak Abe sungguh-sungguh meminta maaf, mengatakan kekecewaannya karena pidato Abe tidak memuat permintaan maaf dan penghargaan terhadap para korban.
Ketua Foreign Policy in Focus AS, John Feffer, mengecam Abe yang sengaja tidak menyebut soal wanita penghibur paksa dan penafikan perang diterima di Jepang dan menjadi strategi pemilihan bagi sebagian politikus.
Media dan partai oposisi Jepang juga ikut mengkritik pidato Abe. Media Jepang mengatakan pidato Abe di Kongres AS yang tanpa permintaan maaf adalah seperti pidato mantan PM Jepang, Kishi Nobusuke, pada tahun 1957.
Ketua Partai Demokrat, Okata, mengkritik bahwa kesadaran sejarah dalam pidato Abe tidaklah jelas dan akan mengonfirmasi kesungguhan Abe sebelum pidato peringatan 70 tahun pasca perang.