Surat Kabar Harian beraliran kanan di Jepang, Sankei Shimbun, mengkritik kehadiran presiden Korea Selatan, Park Geun-hye, dalam pawai militer peringatan kemenangan perang di Cina. Sikap Presiden Park dinilai sebagai tidak lebih hanya untuk melayani negara yang kuat, antara Amerika Serikat dan Cina.
Sankei Shimbun menyebutkan hal itu pada kolum berjudul 'Warisan Buruk yang Tidak Bisa Diputuskan Korea Selatan antara Amerika dan Cina' melalui berita harian online pada edisi tgl. 31 Agustus.
Pada kolum itu juga ditunjukkan perbandingan mengenai adanya seorang penguasa wanita di masa Kerajaan Joseon, seperti halnya Presiden Park saat ini.
Presiden Park disamakan dengan Permaisuri Myongsong yang ditewaskan secara brutal oleh samurai Jepang di tahun 1895. Tetapi, harian tersebut tidak menyinggung mengenai fakta bahwa pembunuh tersebut diperintahkan oleh konsul Jepang pada saat itu.
Harian Jepang tersebut juga menyebutkan bahwa pasukan Cina juga turut ikut ambil bagian dalam perang Korea, serta mengkritik bahwa Korea Selatan tidak merasa kepahitan, meskipun Cina termasuk penyerang negaranya.
Kolum yang memanaskan perdebatan itu ditulis oleh Kolumnis Hiroyuki Noguchi, yang sejauh ini menuliskan pandangan yang sama dengan pandangan pemerintahan Abe.
Mengenai kolum tersebut, kantor kepresidenan Seoul tidak menyampaikan tanggapan lebih lanjut. Sebaliknya, partai berkuasa Saenuri mengecam keras tindakan provokasi dan omong kosong mengenai sejarah dari Sankei Shimbun yang tidak dihentikan.
Partai oposisi Partai Koalisi Politik dan Demokrasi Baru melontarkan kehadiran Park dinilai langkah yang tepat dalam upaya perdamaian dan keamanan di Asia Timur Laut.